Sepatu Bata (BATA) berambisi memperbesar penjualannya ke pasar luar negeri, menurut Kontan 17 Juni 2013, dan sedang menjajaki sejumlah negara baru sebagai pasar untuk beberapa produknya. Selama 3 tahun ke depan, BATA menargetkan pertumbuhan penjualan ekspor sebesar 10% per tahun. Pasar yang dijajaki adalah Amerika Selatan dan Afrika.
Hingga akhir 2012, BATA telah mengekspor produknya ke 14 negara, termasuk di kawasan Asia Pasifik, Afrika, Amerika Selatan, dan Timur Tengah. Beberapa negara tujuan ekspornya termasuk Kenya, Zambia, Zimbabwe, Peru, Chile, Perancis, Italia, dan Rusia.
Target ekspor BATA tahun 2013 adalah Rp 8,27 miliar, atau naik 49% dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp 5,55 miliar.
Sampai dengan akhir 2012, penjualan ekspor masih berkontribusi kurang dari 5% terhadap total penjualan perusahaan, atau sebesar Rp 35,83 miliar. Pertumbuhan penjualan ekspor juga hanya 4,8% di tahun 2012, lebih rendah daripada pertumbuhan penjualan di pasar domestik sebesar 11,1%. Hal ini tidak berubah banyak pada laporan keuangan kuartal I-2013.
AFN melihat beberapa manfaat dari BATA untuk mengeksplorasi pasar ekspor:
1. BATA memiliki strategi jangka panjang yang jelas. Dengan memasuki pasar ekspor sekarang, ketika banyak perusahaan-perusahaan sepatu yang sudah ternama memiliki kesulitan untuk mendapatkan pasar di kelas-kelas ekonomi menengah ke bawah karena krisis, BATA dapat mencaplok sebagian pangsa itu. Dan ketika krisis sudah pulih, merek BATA di pasar ini juga sudah solid.
2. Dengan memasuki pasar yang lebih luas, BATA memiliki kesempatan untuk mempercepat perputaran persediaan yang kini di angka 1,8x, atau 202 hari.
Akan tetapi AFN juga mengkuatirkan beberapa hal;
1. Arus kas operasional turun di tahun 2012, di tengah kenaikan penjualan. Hal ini berarti bahwa BATA belum memasuki periode "cash-cow" dari operasi intinya. Dengan demikian, ada kemungkinan penetrasi ke pasar baru ini akan menggunakan dana eksternal mengingat posisi kas BATA yang hanya Rp 6,5 miliar. Positifnya, tingkat leverage BATA masih meninggalkan ruang cukup luas untuk meningkatkan
utang sebagai alternatif pendanaan. Rasio DER baru 0,45x dan tidak ada
utang jangka panjang berbunga.
2. Beban penjualan dan pemasaran dapat meningkat dan menekan laba bersih. Di tahun 2012, beban penjualan tercatat 22,5% dari total penjualan. Sementara di 1Q 2013, beban itu tercatat 25%, dengan peningkatan terbesar terjadi pada biaya sewa toko.
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan 2012