Jakarta, 20 Januari 2015 - PT Hanjaya
Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), anak usaha Philip Morris International, tengah
mengkaji penambahan jumlah saham yang beredar di publik (free float) minimal
sebesar 5,68% untuk memenuhi ketentuan bursa minimal 7,5%. ASCEND melihat bahwa
penambahan ini akan meningkatkan likuiditas di pasar sekaligus indikasi bahwa
emiten ini mau tetap berada di dalam pasar modal.
HM Sampoerna adalah emiten dengan
kapitalisasi ketiga terbesar di Bursa Efek Indonesia dengan nilai kapitalisasi
mencapai Rp 295 triliun dan harga per saham yang mahal, Rp 67.350. Posisi
kapitalisasi produsen rokok merek Dji Sam Soe dan A Mild ini hanya di bawah PT
Bank Central Asia, Tbk (BBCA) dan PT Astra International, Tbk (ASII).
Peningkatan free float hingga 7,5%
dapat dilakukan dengan penambahan saham baru maupun penjualan saham milik pemegang
saham mayoritas, Philip Morris Indonesia. ASCEND berpendapat bahwa kemungkinan
besar HMSP akan melakukan penjualan saham pemilik karena tidak adanya kebutuhan
dana yang urgent. Dengan opsi ini maka akan ada penjualan sekitar 248,9 juta
lembar yang dengan harganya sekarang berpotensi menghasilkan Rp 16,8 triliun
bagi Philip Morris Indonesia.
Opsi lainnya adalah dengan melakukan
penambahan saham baru, sementara Philip Morris tidak melakukan injeksi modal
lagi. Dengan demikian, perusahaan akan mendapatkan dana segar sekitar Rp 18,16
triliun dari penjualan sekitar 269,07 juta lembar saham baru.
Potensi nilai tersebut dapat
dioptimalisasi apabila sebelum melakukan peningkatan free float, emiten
terlebih dulu melakukan stock split 1:8 atau 1:10 yang akan membawa harga
sahamnya di bawah Rp 10.000, serupa dengan harga Astra.
Perusahaan yang dikuasai 98,18% oleh
PT Philip Morris Indonesia, anak usaha dari raksasa rokok dunia, Philip Morris
International ini mencatatkan pendapatan dan laba tahunan yang selalu
meningkat. Sampai triwulan ketiga tahun 2014, emiten telah mencatatkan
pendapatan Rp 59,61 triliun, naik 9% dari tahun sebelumnya di tengah banyaknya
peraturan baru mengenai rokok dan iklan rokok. Laba pun meningkat menjadi Rp
7,66 triliun atau Rp 1.746/ saham, naik 1,44%.
ASCEND melihat aksi korporasi yang
akan dilakukan oleh HM Sampoerna ini akan meningkatkan likuiditas di bursa
efek, memberikan valuasi harga pasar yang lebih baik kepada saham HM Sampoerna,
meningkatkan likuiditas (exit strategy) bagi para pemegang saham HM Sampoerna, serta
menjadi indikasi bahwa perusahaan rokok ini beserta pemiliknya optimis dengan
pasar di Indonesia, baik pasar rokok maupun pasar modalnya.