APBN-P sudah ditetapkan. Namun rasanya revisi anggaran ini masih jauh dari stimulus ekonomi, terutama karena kurangnya penyerapan anggaran serta biaya subsidi energi yang tetap meningkat.
APBN-P 2013 menyepakati penambahan dana belanja barang Rp 11,98 triliun dan belanja modal Rp 1,25 triliun, serta tambahan belanja bantuan sosial Rp 9,32 triliun. Sebanyak Rp 9,09 triliun tambahan ini mengalir ke Kementerian Pekerjaan Umum yang akan digunakan untuk program pembangunan infrastruktur pedesaan (PPIP), membangun iritasi (Rp 1 triliun), dan perbaikan jalan nasional (Rp 900 miliar).Namun dari total alokasi dana tersebut, Komisi V DPR baru menyetujui tambahan Rp 6 triliun.
Selain itu, Wakil Menteri Keuangan Anna Rachmawati mengumumkan bahwa realisasi belanja negara sampai 7 Juni 2013 baru Rp 541,9 triliun atau setara 32,2% dari total budget belanja di APBN, apalagi dibandingkan APBN-P. Penyebabnya adalah realisasi belanja modal yang hanya 14,4%, padahal belanja inilah yang akan paling mendorong pertumbuhan ekonomi.
Biaya subsidi BBM juga malah meningkat jadi Rp 299,8 triliun dari sebelumnya Rp 247,7 triliun, padahal bensin premium dinaikkan menjadi Rp 6.500/liter dan solar jadi Rp 5.500/liter.Artinya tidak ada dana subsidi BBM yang kemudian disalurkan untuk menjadi stimulus ekonomi.
Jadi, bagaimana dampaknya? Beberapa analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi tidak akan mencapai target 6,3% tahun ini, melainkan hanya di sekitar 6%. Stabilitas ekonomi dunia yang lebih baik sekarang juga mendorong beberapa pelaku pasar modal untuk kembali mengarahkan fokus ke bagian dunia lain, walaupun investor domestik sampai kini masih memiliki cukup modal untuk menampung net sell asing beberapa hari ini.