Jakarta, 21 Agustus 2014 – PT Panorama
Transportasi, Tbk (WEHA), penyandang brand White Horse, menjelaskan bahwa penurunan
laba usaha dan laba bersih di semester I -2014 ini disebabkan oleh bencana banjir
Jakarta, letusan Gunung Kelud, serta pemilu.
Pendapatan Panorama naik tipis, 3,2%
menjadi Rp 117,69 miliar di semester I tahun 2014 ini. Akan tetapi laba sebelum
pajak dan bunganya turun 10,8% menjadi Rp 18,79 miliar. Laba bersih turun
bahkan lebih signifikan lagi mencapai 76% menjadi hanya Rp 1 miliar dari periode
yang sama tahun 2013, Rp 4,17 miliar. Ini membuat laba bersih per saham hanya
Rp 1,16/saham.
Di dalam surat keterbukaan
informasinya kepada Bursa pada 20 Agustus 2014, perusahaan mencatat bahwa
terjadi penurunan pendapatan di triwulan I untuk lini penyewaan bis, taksi,
angkutan antar kota, dan sewa mobil. Penurunan ini disebabkan oleh bencana
banjir Jakarta dan sekitarnya di awal tahun ditambah dengan bencana letusan
Gunung Kelud yang abunya sampai ke Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kedua bencana
ini telah membuat banyak pelanggan menunda dan membatalkan perjalanan baik di
dalam kota maupun luar kota.
Di triwulan II, pendapatan juga
tidak sebaik yang diharapkan karena efek pemilihan umum legislatif dan
persiapan pemilihan umum presiden. Beberapa aksi kampanye dan kekuatiran
demonstrasi telah menyebabkan banyak pelanggan memutuskan tidak keluar rumah.
Di semester kedua tahun ini, perusahaan
akan berupaya untuk mengejar pelemahan laba yang terjadi di semester 1. Bulan
Ramadhan di bulan Juli masih memberikan tekanan pada pendapatan, tetapi arus
mudik dan arus balik telah mendorong pendapatan perusahaan. Tingkat permintaan
sampai akhir tahun kecenderungannya meningkat karena banyak pelanggan yang
menunda perjalanannya di semester I, ditengarai akan kembali mempergunakan jasa
perusahaan.
Sementara itu biaya meningkat karena
adanya pembayaran konsesi kepada Angkasa Pura II untuk penempatan taksi di
Bandara Soekarno Hatta, serta sewa armada luar oleh lini Joglosemar (Jogja Solo
Semarang) kepada PT AO Transport yang merupakan partner joint venture
perusahaan.
Penurunan laba bersih ini tidak
menurunkan minat pasar pada saham yang sudah naik lebih dari 47% sejak awal
tahun ke Rp 301. Namun penurunan laba bersih telah membuat rasio harga terhadap
laba (PER) menjadi terlalu tinggi yaitu 129,21 kali sementara rasio terhadap
nilai bukunya (PBV) baru 1,66 kali.