Jakarta, 6 Juni 2014
- BUMN telekomunikasi, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk, (TLKM) dikabarkan akan mengakuisisi perusahaan
distributor ritel alat telekomunikasi PT TiPhone Mobile Indonesia, Tbk (TELE) dengan pembelian
25% saham. Rencana akuisisi ini akan
menguntungkan investor Tiphone, ketimbang investor Telkom.
Rencananya, akuisisi
ini akan dilakukan melalui anak usaha Telkom yaitu Premises Integration Service
(PINS) yang juga merupakan produsen ponsel lokal dan peralatan jaringan. Saat
ini produksi ponsel oleh PINS masih berskala kecil dibandingkan industri
perakitan ponsel. Dengan akuisisi ini, diharapkan aset Telkom akan bertambah
dan dapat memanfaatkan jaringan ritel Tiphone untuk memasarkan peralatan yang
diproduksi dan dijual PINS.
Menurut riset Danareksa Sekuritas, pembelian ini tidak akan berpengaruh
signifikan terhadap Telkom. Dengan harga pasar sekarang, Telkom harus membayar
Rp 1,15 triliun dengan ekspektasi pertambahan laba bersih hanya sebesar Rp 61
miliar atau hanya menambah kurang dari 1% dari laba per saham.
Analisis ASCEND pun menunjukkan hal itu. Jika rencana akuisisi ini
terwujud, ASCEND melihat dalam jangka pendek belum tentu akan mendorong
pertumbuhan anorganik Telkom karena aset Tiphone hanya sebesar Rp 4,17 triliun
dengan laba bersih sebesar Rp 242,84 miliar, atau jauh jika dibandingkan dengan
Telkom yang tercatat memiliki aset sebesar Rp 130,47 triliun dengan laba bersih
sebesar Rp 14,60 triliun (disetahunkan).
Namun jika sinergi terjadi, dalam jangka panjang, Tiphone bergerak dalam
segmen ritel dan konsumer yang belum dimiliki Telkom , akan mendorong akan
mampu mendorong pertumbuhan segmen lain dari Telkom terutama lewat anak usaha
Telkomsel.
Selain itu, pendapatan Telkomsel berpeluang meningkat lewat penjualan bundling paket data atau paket
telekomunikasi lainnya dengan jaringan distributor ritel yang dimiliki Tiphone yang
sebagai salah satu distributor ponsel merek Apple dan merek Samsung untuk
Jabodetabek dan Tiphone juga dikenal sebagai produsen ponsel kelas menengah
kebawah TiPhone yang memiliki pangsa pasar yang besar.
Sebaliknya dari sisi Tiphone,
ASCEND melihat bahwa masuknya partner bisnis yang merupakan perusahaan telekomunikasi
terbesar di Indonesia ini dapat membantu mengembangkan jaringan bisnisnya dan dapat
memenuhi kekuatan pendanaan untuk ekspansi.
Kinerja Fundamental Telkom
Sementara itu, Telkom dalam kinerjanya pada kuartal pertama 2014 ini,
hanya membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 8,71% menjadi sebesar Rp 21,25
triliun dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 4,95% menjadi sebesar Rp 3,65
triiun.
Pertumbuhan pendapatan dan usaha yang rendah ini menunjukkan Telkom dari
sisi siklus bisnis berada dalam kondisi maturity
sehingga tidak mampu tumbuh signifikan kecuali dengan pertumbuhan anorganik.
Kinerja Fundamental Tiphone
Selama kuartal pertama, Tiphone membukukan pertumbuhan pendapatan hingga
51,68% menjadi sebesar Rp 3 triliun dengan pertumbuhan laba bersih tercatat
sebesar 17,07% atau sebesar Rp 61 miliar.
Dalam siklus sebuah perusahaan, dengan pertumbuhan pendapatan yang
tinggi dan pertumbuhan laba yang relatif besar menunjukkan bahwa Tiphone masih
dalam fase pertumbuhan.
Tercatat sejak perusahaan ini didirikan yanitu tahun 2008 lalu atau 6
tahun yang lalu Tiphone membukukan laba ditahan lebih dari 40% atau Rp 601
miliar dari nilai ekuitasnya sebesar Rp
1,47 triliun dan masih kemungkinan bertambah seiring pertumbuhan laba bersih.
Namun, secara fundamental, segmen usaha perdagangan alat telekomunikasi
ritel oleh Tiphone hanya mencatatkan marjin yang kecil. Tercatat marjin laba
kotor hanya sebesar 5%, sementara marjin laba bersih sebesar 2,02% dengan
perputaran aset mencapai 2,88 kali.
Selain itu, rasio hutang Tiphone sangat tinggi sebesar 1,14 kali yang menunjukkan dalam aktivitas bisnisnya
lebih banyak dibiayai melalui hutang. Dengan akuisisi oleh Telkom yang memiliki kekuatan pendanaan besar, ekspansi Tiphone ke depannya bisa makin lancar.