Jakarta, 10 Oktober 2013 – Pasar saham Wall Street berakhir variatif memasuki 9 hari tutupnya pemerintahan Amerika Serikat (AS). Di Indonesia, selama 2 hari terakhir (9/10) ditutup naik dengan volume yang makin membaik. Hari ini (10/10), pasar pun kembali menguat di sesi 1.
Walaupun selama 9 hari ini asing masih net sell, tetapi sudah melakukan net buy pada hari Rabu kemarin (9/10), mengindikasikan mulai masuknya lagi dana asing ke Bursa Indonesia, walaupun sifatnya mungkin masih sementara saja.
Kedua kubu kongres AS, Republik dan Demokrat, sudah menunjukkan adanya sinyal untuk mengakhiri tutupnya pemerintahan AS. Presiden AS Barack Obama sudah mengundang keduanya untuk berdiskusi. Tetapi sampai hal itu sifatnya definitif, maka pasar finansial akan tetap bergerak variatif.
Melihat dari pergerakan di bursa saham di Indonesia, ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik:
1. Pelaku pasar melihat bahwa US shutdown tidak akan lama. Alasannya adalah Amerika Serikat tidak mungkin terlalu lama melakukan shutdown, karena itu berarti mencederai pihak yang mengusulkan shutdown itu sendiri, yaitu Partai Republik. Menurut polling, banyak pihak menyalahkan Republik karena shutdown itu, terlepas dari apakah argumentasinya mengenai Obamacare betul atau salah. Lagipula, AS sedang di ambang gagal bayar, dan apabila penutupan berlangsung lebih lama, yang paling dirugikan adalah AS sendiri karena ekonominya masih belum stabil.
2. Pelaku pasar melihat bahwa dampak US shutdown ini tidak langsung terhadap Indonesia dan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh populasinya yang besar. Perlambatan pertumbuhan AS yang disebabkan sebagian oleh shutdown dan kemungkinan gagal bayarnya akan berdampak kepada bagaimana asing melihat kepada aset-aset di Indonesia. Akan tetapi dengan makin besarnya pertumbuhan di Indonesia sendiri yang juga ditopang oleh modal dalam negeri, maka Pasar tidak bereaksi keras terhadap US Shutdown.
3. Pelaku pasar melihat bahwa dampak shutdown kepada pelemahan Rupiah terbatas karena ada keseimbangan antara dolar yang keluar dan masuk Indonesia. Dolar yang keluar dari Indonesia dikarenakan adanya kebutuhan akan uang di AS sendiri serta meningkatnya risiko dari aset-aset di luar AS sebagai dampak langsung dari US Shutdown. Tetapi dolar yang masuk ke Indonesia adalah dikarenakan tidak adanya sumber pertumbuhan di dalam negeri AS sendiri, sehingga ekonomi negara berkembang yang bersumber dari populasi yang besar dapat menjadi sumber alternatif yang diminati.