Steel Pipe Industry of Indonesia (ISSP) menunda ekspansi pembangunan pabrik baru di Gresik yang ditargetkan sudah bisa berproduksi tahun ini. Penundaan ini dikarenakan target dana yang diperoleh pada saat IPO lebih kecil daripada perkiraan, yaitu Rp 855,5 miliar dibandingkan target lebih dari Rp 1 triliun.
ISSP terpaksa menurunkan belanja modal (capex) dari Rp 800 miliar menjadi hanya Rp 200 miliar. Walaupun tidak sesuai dengan target, tapi ISSP tetap akan memproduksi pipa kecil di pabrik Pasuruan.
AFN melihat penundaan ekspansi ini sebagai hal yang kurang menguntungkan karena:
1. Arus kas dari aktivitas operasional ISSP cukup tinggi, jauh lebih tinggi daripada biaya keuangan hanya hanya sekitar Rp 40,49 miliar di triwulan pertama. Artinya arus kas tersebut dapat membiayai kekurangan dari IPO.
2. Tingkat leverage ISSP masih tergolong rendah dengan rasio DER 1,10x dari rasio utang 0,63x. Apalagi sebagian besar kewajiban ISSP adalah berupa liabilitas lancar.
3. ROE ISSP cukup tinggi ditopang oleh rasio marjin yang tinggi pula. Bila ekspansi dapat meningkatkan level profitabilitas perusahaan, maka penundaan ekspansi akan sayang disayangkan.
AFN melihat bahwa titik kelemahan ISSP ada di aspek-aspek operasional ketimbang finansial, yaitu:
1. Persediaan yang besar dimana sebagian besarnya adalah bahan baku dan barang jadi, membuat hari rata-rata persediaan sangat lama dan membebani perusahaan.
2. Hari rata-rata piutang sangat lama, 70,71 hari sementara hari rata-rata utang usaha hanya 4,04x. Setengah dari piutang ISSP sudah jatuh tempo. Ada selisih yang cukup tinggi yang membuat kas ISSP tertahan.
Karenanya akan jauh lebih baik bagi ISSP untuk mengelola kelemahan-kelemahan tersebut ketimbang menunda ekspansi.
Pergerakan saham ISSP |
Informasi tentang IPO ISSP: