Jakarta, 24 Maret 2014 - Laba bersih PT Indofood Sukses Makmur, Tbk
(INDF) tercatat turun 23,22% menjadi Rp 2.50 triliun selama 2013 dibandingkan
dengan tahun 2012 sebesar Rp 3.26 triliun disebabkan kenaikan beban yang lebih
tinggi dibanding dengan kenaikan pendapatan. Beban produksi, beban usaha dan
beban keuangan, meningkat signifikan.
Tercatat pendapatan Indofood hanya tumbuh
sebesar 15% menjadi Rp 57,73 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya
sebesar Rp 50,20 triliun.
Pendapatan per segmen Indofood bervariasi
dengan kenaikan signifikan pada makanan cepat saji (FMCG) dan anak usaha Bogasari
namun sektor agribisnis terkoreksi. Pada segmen FMCG tercatat naik 13,96% menjadi
Rp 24,74 triliun dibandingkan sebelumnya Rp 21,71 triliun. Segmen Bogasari
tercatat naik 17,26% menjadi Rp 18,68 triliun dari sebelumnya Rp 15,93 triliun.
Namun segmen agribisnis tercatat turun 4,11% menjadi 13,30 triliun dibandingkan
dengan Rp 13,87 triliun.
Sementara itu, beban langsung tercatat naik
lebih besar hingga 18,55%, mencapai Rp 43,40 triliun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya sebesar Rp 36,61 triliun. Kenaikan
ini menekan laba bruto Indofood sehingga
hanya membukukan pertumbuhan 5,43% menjadi Rp 14,33 triliun dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 13,59 triliun. Marjin laba kotor Indofood
menjadi ikut tertekan menjadi 24,82% selama 2013 dibandingkan dengan tahun 2012
yang sebesar 27,07%.
Beban langsung ini meningkat seiring dengan
meningkatnya biaya produksi Indofood yang mencapai 15,90% dibandingkan tahun sebelumnya.
Tarif dasar listrik dan kenaikan beban tenaga kerja untuk produksi yang meningkat
telah mendorong kenaikan biaya produksi.
Selain itu, dampak melemahnya Rupiah juga ikut
mendorong kenaikan beban langsung ini. Sebagian besar bahan baku yang digunakan
untuk produksi anak usaha Indofood, yaitu Indofood CBP dan Bogasari, masih
didatangkan dari luar negeri. Karena itu, depresiasi Rupiah ikut menekan laba Indofood.
Laba usaha tercatat mengalami penurunan tipis 2,47%
menjadi Rp 6,72 triliun dari sebelumnya Rp 6,89 triliun. Kenaikan beban usaha
yang mencapai 13,55% dimana beban usaha naik menjadi Rp 7,61 triliun
dibandingkan sebelumnya Rp 6,70 triliun, turut berkontribusi terhadap penurunan
itu.
Kenaikan beban usaha ini dikarenakan
meningkatnya beban penjualan dan distribusi yang naik hingga 19,31% menjadi Rp
4,86 triliun serta beban umum yang naik 22,29% menjadi Rp 3,38 triliun selama
tahun 2013. Tercatat marjin laba usaha menjadi tertekan ke 11,64% dibanding
dengan sebelumnya sebesar 13,72%.
Selain itu, Indofood membukukan kenaikan beban
keuangan sebesar 156,19% (atau dua setengah kali lipat) menjadi sebesar Rp 2,77
triliun dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 1,08 triliun. Kenaikan beban
keuangan tersebut seiring dengan tumbuhnya utang berbunga Indofood yang
mencapai Rp 27,36 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp 15,32
triliun.
Pun hasilnya, laba bersih per saham tertekan
menjadi Rp 285 per lembar dari sebelumnya sebesar Rp 371 per lembar dengan imbal
hasil terhadap ekuitas (ROE) hanya sebesar 10,59% dibandingkan sebelumnya
sebesar 15,38%.
INDF
dalam Rp juta
|
2013
|
2012
|
%
|
Penjualan
|
57,731,998
|
50,201,548
|
15.00%
|
Beban langsung
|
43,402,144
|
36,610,248
|
18.55%
|
Laba
bruto
|
14,329,854
|
13,591,300
|
5.43%
|
Beban
usaha
|
7,611,873
|
6,703,518
|
13.55%
|
Laba
usaha
|
6,717,981
|
6,887,782
|
-2.47%
|
Beban
keuangan
|
2,772,827
|
1,082,319
|
156.19%
|
Laba
bersih
|
2,503,841
|
3,261,176
|
-23.22%
|
Laba
persaham
|
285
|
371
|
-23.18%
|
|
|
|
|
Kas
|
13,666,194
|
13,345,881
|
2.40%
|
Persediaan
|
8,160,539
|
7,786,166
|
4.81%
|
Aset
lancar
|
32,464,497
|
26,235,990
|
23.74%
|
Aset
tidak lancar
|
45,628,292
|
33,153,415
|
37.63%
|
Total
aset
|
78,092,789
|
59,389,405
|
31.49%
|
Hutang
berbunga
|
27,356,157
|
15,323,590
|
78.52%
|
Kewajiban
lancar
|
19,471,309
|
12,805,200
|
52.06%
|
Kewajiban
tidak lancar
|
20,248,351
|
12,443,968
|
62.72%
|
Total
kewajiban
|
39,719,660
|
25,249,168
|
|
Ekuitas
pemilik
|
23,648,595
|
21,206,278
|
11.52%
|
|
|
|
|
Marjin
kotor
|
24.82%
|
27.07%
|
|
Marjin
usaha
|
11.64%
|
13.72%
|
|
Marjin
laba bersih
|
4.34%
|
6.50%
|
|
ROE
|
10.59%
|
15.38%
|
|
ROA
|
3.21%
|
5.49%
|
|
Rasio
lancar
|
1.67
|
2.05
|
|
Quick
ratio
|
1.12
|
1.65
|
|
Hutang/ekuitas
|
1.68
|
1.19
|
|
Hutang
berbunga/ekuitas
|
1.16
|
0.72
|
|
Aset Solid
Meskipun laba tertekan, neraca keuangan INDF
masih solid dengan ditunjukkan pertumbuhan aset hingga 31,49% menjadi sebesar
Rp 78,09 triliun dibandingkan dengan sebelumnya sebesar Rp 59,39 triliun.
Pertumbuhan aset didorong oleh naiknya aset
tidak lancar terutama dari aset tetap yang menjadi Rp 23,03 triliun
dibandingkan dengan sebelumnya Rp 15,80 triliun karena akuisisi Indofood
terhadap beberapa perusahaan. Salah satu akuisisi adalah perusahaan di China
senilai Rp 4 triliun.
Kekuatan kas yang dimiliki cukup solid senilai
Rp 13,67 triliun. AFN memperkirakan bahwa dalam beberapa periode mendatang Indofood
masih mampu mengakuisisi perusahaan lain untuk ekspansi dan pengembangan pasar.
Namun di sisi lain kenaikan utang berbunga yang
disebutkan di atas menambah risiko dari Indofood. Tercatat rasio utang terhadap
ekuitas naik menjadi 1,16 kali dari 0,72 kali. Ini menunjukkan bahwa sebagian
aset dibiayai oleh utang. Apalagi biaya bunga utang Indofood yang sebagian
dalam denominasi Dollar tahun lalu juga ikut menekan laba Indofood.
Indofood Kedepan
Ke depan tentang Indofood, AFN melihat Indofood
akan terbantu jika Rupiah kembali menguat pada level Rp 11.000. Beban bahan baku dan beban keuangan akan
kembali kepada level sebelumnya. Namun, beban tenaga kerja produksi dan beban
distribusi dan penjualan tidak sepenuhnya linier dengan prakiraan penguatan
Rupiah pada tahun ini.
Sementara itu, anak usaha di bidang agri
bisnis, masih cenderung akan dipengaruhi oleh harga komoditas CPO yang masih
tertekan hingga saat ini. Namun, jika lini bisnis CPO dikembangkan terutama
masuk sebagai pemasok bahan bakar dengan porsi lebih besar, maka setidaknya
dalam jangka panjang akan mendorong
kinerja segmen ini. Awal tahun lalu PLN berkomitmen untuk mengembangkan
CPO sebagai energi dan mengadakan kerja sama dengan tiga emiten sawit, namun PT
Salim Ivomas Pratama, Tbk (SIMP), entitas anak
dari Indofood sepertinya belum masuk ke sini.
AFN melihat Indofood sudah berada pada posisi mature sebagai pemimpin pasar di
industri makanan cepat saji. Investor akan lebih tertarik jika Indofood
mengakuisisi perusahaan pesaing atau pemasok agar menciptakan keunggulan
kompetitif yang baru, atau inovasi pada pengembangan produk baru.