Jakarta, 11 Agustus 2014 – Paska Pilpres, Indeks Properti
naik lebih tinggi daripada IHSG selama bulan Juli dan Agustus. Lima saham big
cap properti menjadi pendukung kenaikan ini didukung oleh pertumbuhan laba
bersih dn peningkatan harga jual walaupun melambat.
Indeks properti dari kisaran 400 di
awal Juli menjadi sempat 476 sebelum koreksi dan mulai naik lagi pada hari ini
ke 465. Level ini mencerminkan kenaikan 16% sementara IHSG naik hanya sekitar
4% pada periode yang sama.
Kenaikan ini terutama terdorong oleh
kenaikan saham-saham bigcap. Kenaikan tertinggi dicatatkan oleh PT Ciputra
Development, Tbk (CTRA) yang naik 31% dari Rp 935 ke Rp 1.225. Kapitalisasi
pasar Ciputra adalah Rp 18,66 triliun. Peringkat kedua dan ketiga dengan
tingkat kenaikan sama-sama 23% dipegang oleh PT Pakuwon Jati, Tbk (PWON) yang
memiliki kapitalisasi R
p 20,42 triliun dan PT Lippo Karawaci, Tbk (LPKR) dengan kapitalisasi Rp 27,00 triliun. Sedangkan saham PT Summarecon Agung, Tbk (SMRA) naik 19%.
PT Bumi Serpong Damai, Tbk (BSDE)
yang merupakan emiten properti berkapitalisasi terbesar mengalami kenaikan 10%
menjadi Rp 1.610. kapitalisasi pasar BSD saat ini mencapai Rp 29,58 triliun.
Pertumbuhan laba bersih dialami oleh
empat dari kelima emiten di atas, kecuali Summarecon. Kenaikan laba bersih
berkisar antara 24% - 54%. Kenaikan tertinggi dialami oleh BSD sebesar 54,4%
menjadi Rp 144,46 miliar, diikuti oleh Pakuwon sebesar 42,6% dan Ciputra
sebesar 40,2%.
Sementara itu pertumbuhan pendapatan
yang sebagian besar didorong oleh penjualan unit-unit properti juga terjadi
pada empat dari lima emiten, kecuali BSD. Kenaikan tertinggi dicatat oleh Pakuwon,
emiten asal Surabaya, dengan tingkat 21,7%. Kenaikan itu berasal dari penjualan
unit superblock Kota Kasablanka.
Properti, walaupun sempat tertekan
karena kebijakan Loan to Value (LTV) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia awal
tahun ini, akan tetapi mendapatkan agin segar dari kenaikan optimisme paska
pemilihan presiden. Presiden yang diperkirakan akan mampu memperbaiki daya
saing bisnis ini mampu menjadi leverage bagi properti yang sebenarnya sudah
oversupply.