Jakarta, 27 Januari 2014 –
Emiten-emiten semen diekspektasi akan mengalami penurunan laba menyusul
dihentikannya subsidi listrik, kecuali bila perusahaan dapat meningkatkan harga
semen. Marjin laba bersih berpotensi turun ke 13,9%.
Pemerintah akan menaikkan tarif
listrik secara bertahap per dua bulan sekali mulai 1 Mei hingga akhir 2014.
Tarif listrik golongan industri besar (I-4) naik sebesar 64,7%.
Sementara biaya listrik untuk
memproduksi semen cukup besar mencapai 11% per ton. Kenaikan sampai 64,7% akan
mengakibatkan marjin laba kotor dari rata-rata 41% turun ke 34%. Asumsi semua
biaya yang lain tidak berubah, maka marjin laba bersih yang sebelumnya
rata-rata 20,9% dapat menjadi 13,9%.
Keputusan pemerintah ini telah
memberikan tekanan signifikan pada harga saham semen di Bursa Efek Indonesia.
PT Semen Indonesia (Persero), Tbk (SMGR) turun terdalam selama 2 minggu
terakhir karena harganya yang memang sudah lebih premium dibandingkan peersnya,
yaitu -9% ke Rp 14.025 pada hari ini. PT Holcim Indonesia, Tbk (SMCB) turun 3,26%
ke Rp 2.230 pada hari ini saja. PT Indocement Tunggal Perkasa, Tbk (INTP) turun
3,75% ke Rp 20.475 bahkan sempat ke Rp 19.850. PT Semen Baturaja (Persero), Tbk
turun 2,79% ke Rp 348.
Di dalam pernyataannya, Semen Indonesia
mengaku tidak kuatir terhadap peningkatan ini karena sudah memiliki strategi
sebelumnya yaitu harga khusus (business
to business) dari PLN dan pembangkit listrik sendiri. Pabrik di Tuban yang
memiliki 180 megawatt dan seluruhnya tak mengikuti TDL. Lalu, pabrik di Tonasa
yang memiliki listrik 70 megawatt, hanya 15 megawatt yang mengikuti TDL. Dengan
strategi ini, kenaikan listrik hanya akan naik meningkatkan biaya produksi 1-2%
saja.
Sebaliknya, emiten terbaru di bursa
mengaku kuatir akan kenaikan ini. Strategi yang akan digunakan untuk menghadapi
kondisi ini adalah memaksimalkan alat
tenaga listrik yang sudah kami miliki serta mengurangi porsi penggunaan tenaga
listrik dan batubara. Akan tetapi hal ini tidak akan berdampak banyak karena
proses manufaktur semen itu sendiri membutuhkan tenaga listrik yang sangat
besar.
Kenaikan harga jual semen
kelihatannya bukanlah strategi yang akan diambil oleh emiten-emiten ini
mengingat bahwa tahun 2013 harga semen sempat naik.