Jakarta, 27 Januari
2014 – PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., (BBRI) membukukan kenaikan laba bersih sebesar
14,26% menjadi Rp 21,34 triliun dibandingkan dengan periode 2012 lalu sebesar
Rp 18,68 triliun dengan pendapatan masih didorong oleh pendapatan bunga bersih
dari kredit disalurkan yang mayoritas dari kredit terhadap UMKM.
Portofolio
kredit BBRI mayoritas berasal dari kredit UMKM yang mendapatkan bunga kredit
yang tinggi yang mencapai 14-22% per tahun dibanding dengan kredit-kredit
lainnya seperti infrastruktur atau modal kerja lainnya.
Kredit dari
sektor UMKM BBRI selama 2013 tercatat sebesar Rp 179,60 triliun atau 41,35%
dari total kredit disalurkan tersebut mengalami kenaikan 21,49% dibandingkan
tahun 2012 lalu yang mencapai Rp 147,82 triliun meskipun dibayangi kenaikan
suku bunga acuan dari Bank Indonesia dan beberapa aturan tentang pengetatan
kredit.
Secara
keseluruhan, total kredit disalurkan BBRI selama 2013 meningkat 23,78% menjadi
Rp 488,10 triliun dibandingkan dengan penyaluran kredit selama tahun 2012 lalu
sebesar Rp 362,01 triliun.
Dengan
kenaikan kredit, terutama dari sektor UMKM yang memberikan yield yang relatif tinggi, tercatat net interest margin (NIM)
BBRI tumbuh menjadi 8,55% pada akhir
2013 dibandingkan tahun 2012 lalu sebesar 8,42%.
Tetapi,
kenaikan kredit ini yang mencapai 23,78% tidak diikuti dengan kenaikan total
simpanan yanga hanya naik sebesar 11,69% selama tahun 2013 lalu menjadi sebesar
Rp 490,49 triliun dibandingkan dengan tahun 2012 lalu sebesar Rp 439,15 triliun
dan juga ditunjukkan lewat kenaikan loan-to-deposit (LDR) ratio yang meningkat
menjadi 91,36% dari sebelumnya 82,43%.
AFN melihat,
jika dalam keadaan ekonomi yang tumbuh, pertumbuhan kredit yang tinggi menunjukkan
profitabilitas yang tinggi meskipun simpanan tumbuh lebih rendah. Beban bunga
dari simpanan akan cenderung lebih rendah.
Namun di saat
perlambatan ekonomi seperti ini, pengetatan kebijakan moneter oleh bank
sentral, dan kebutuhan likuiditas yang tinggi, pertumbuhan kredit yang tinggi tanpa
diiringi peningkatan simpanan akan meningkatkan risiko likuiditas. Jika
kesulitan likuiditas itu terjadi maka cost
of fund yang akan ditanggung jauh lebih besar.
Di sisi
lain, Direktur Keuangan Achmad Baiquni,
menjelaskan dalam 2014 ini, BBRI menargetkan kenaikan laba berkisar antara
10-14% hingga bisa melebihi Rp 23 triliun dan dimana target tersebut dinilai
seiring dengan pembatasan kredit oleh Bank Indonesia pada kisaran 15-17% selama
2014, sementara Sofyan Basir, Direktur Utama BBRI menjelaskan tahun 2014 ini,
BBRI menyiapkan dana hingga Rp 3 triliun untuk mengakuisisi lembaga keuangan.
Sebagai
catatan, BBRI merupakan emiten pertama yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
yang merilis laporan keuangan tahun 2013 secara resmi ke masyarakat. Sejak
akhir tahun 2013 lalu, hingga perdagangan sesi pertama Kamis (23/1) hari ini,
saham BBRI telah naik signifikan hingga 22,07% pada harga Rp 8,850.
No comments:
Post a Comment