Jakarta, 24 April 2014 –PT Benakat
Integra, Tbk (BIPI) melalui anak usahanya, PT Nusa Tambang Pratama, melakukan konsolidasi
pinjaman (refinancing) sebesar US$ 556,8 juta kepada pihak-pihak terafiliasi. Dana
tersebut untuk membayar pinjaman anak perusahaan, PT Astrindo Mahakarya
Indonesia (AMI), perusahaan infrastruktur batubara. Beban bunga perusahaan
diperkirakan akan turun signifikan.
AMI sebelumnya diakuisisi dengan
nilai mencapai US$600 juta. Keputusan akuisisi atas AMI akan membuat Benakat
memiliki penyertaan pada aset infrastruktur tambang batu bara terintegrasi
berupa pelabuhan batubara dengan total kapasitas 48 juta ton per tahun dan
infrastruktur overland conveyor dengan total kapasitas sebesar 73,5 metrik ton
per tahun.
Pada saat akuisisi, AMI melalui
beberapa entitas anaknya memiliki pinjaman bank jangka panjang kepada ICICI
Bank dan Credit Suisse senilai total US$ 594,20 juta dan masih memiliki plafon
pinjaman sampai dengan US$ 615 juta. Pinjaman ini memiliki tingkat bunga LIBOR+6,25%
dan LIBOR+8%.
Dengan refinancing, pinjaman AMI
akan ditarik ke Nusa Tambang Pratama dengan plafon US$ 580 juta dan tingkat
bunga LIBOR+5,5%, jauh lebih kecil daripada pinjaman sebelumnya. Tingkat bunga
yang lebih rendah dimungkinkan karena penilaian terhadap Nusa Tambang lebih
baik daripada AMI. Selain itu pembayaran pokok dapat diperpanjang 3 – 4 tahun
yaitu sampai tahun 2021.
Pendanaan ulang (Refinancing) ini
menurut AFN akan memperbaiki kinerja laba rugi Benakat melalui penurunan beban
bunga, serta pengelolaan arus kas yang lebih baik.
Kinerja Benakat tahun 2013 naik
signifikan. Pendapatan naik 401% menjadi US$ 190,60 juta dengan laba bersih
naik 5.848% jadi US$ 55,32 juta. Hal ini didorong dengan penambahan aset sebesar
180% menjadi US$ 1,34 miliar. Penambahan aset terutama terjadi pada pelabuhan
dan mesin sebesar US$ 1,64 juta dan US$ 8,89 juta.
Saham Benakat naik signifikan paska keluarnya laporan keuangan yang mencatatkan kenaikan kinerja yang sangat signifikan. Bahkan dengan kenaikan tersebut, PBV Benakat masih di bawah 1, artinya harga sahamnya masih belum mencerminkan harga wajar asetnya.