Jakarta, 25 Februari 2014 – PT Tower Bersama Infrastructure, Tbk (TBIG) mencatatkan kenaikan laba bersih 48% menjadi Rp 260,19 miliar. Ini mencerminkan rasio harga atas laba (PER) 23,54 kali dengan rasio imbal hasil atas ekuitas (ROE) 31,3%.
Pendapatan Tower Bersama tercatat naik 57% menjadi Rp 2,69 triliun dari sebelumnya Rp 1,72 triliun. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan dari menara yang memang menjadi bisnis inti perusahaan.
PT Indosat, Tbk telah meningkatkan pendapatan sewa ke Tower Bersama sebesar 118% menjadi Rp 631,56 miliar dari sebelumnya Rp 289.51 miliar. Kenaikan ini diikuti oleh pendapatan dari PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) telah naik 106% menjadi Rp 739,19 miliar dari sebelumnya Rp 358,14 miliar.
Beberapa pelanggan yang juga berkontribusi dalam kenaikan pendapatan sewa perusahaan adalah PT XL Axiata, Tbk, PT Hutchison CP Telecommunications, dan PT Axis Telekom Indonesia. Sementara PT Smartfren Telecom, Tbk dan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk malah menurunkan sewanya.
Sementara itu kenaikan laba bersih yang lebih rendah daripada kenaikan pendapatan disebabkan oleh kenaikan beban keuangan menjadi Rp 726,74 miliar dari sebelumnya hanya Rp 467,48 miliar. Selain itu, rugi selisih kurs yang mencapai Rp 799,12 miliar juga menekan kinerja laba bersih.
Padahal, pada tahun 2013 ini tercatat kenaikan nilai wajar atas properti investasi yang menjadi laba perusahaan. Tahun 2013 kenaikan itu tercatat Rp 781,16 miliar naik dibandingkan tahun sebelumnya Rp 258,54 miliar.
Dengan kinerja ini maka rasio imbal hasil atas ekuitas (ROE) mencapai 31,3%, naik dari tahun sebelumnya di 21,1%. Beberapa rasio marjin profitabilitas juga tercatat naik, yaitu marjin laba kotor, marjin EBIT dan marjin laba bersih.
Kenaikan ini didorong oleh peningkatan leverage. Hal ini terlihat dari peningkatan rasio utang jangka panjang atas ekuitas yang menjadi 2,68x dari sebelumnya 1,98x. Tingkat EBIT per beban keuangan juga turun sedikit menjadi 2,62x dari sebelumnya 2,95x.
Secara umum AFN melihat Tower Bersama adalah salah satu saham yang layak investasi karena beberapa hal:
1. Secara fundamental perusahaan terus berkembang dan mencari peluang-peluang baru.
2. Secara industri, telekomunikasi seharusnya memang terbagi dua antara penyedia jasa (seperti Telkom, Indosat, XL dan sebagainya) dengan penyedia infrastruktur (seperti Tower Bersama dan Sarana Menara). Tahapan yang kini dimasuki oleh perusahaan-perusahaan telekomunikasi tradisional (yaitu yang masih menggabungkan kedua segmen ini) sudah sangat ketat karena mereka harus bersaing di frekuensi serta di industri kreatif. Karenanya sub industri penyedia infrastruktur telekomunikasi makin akan terdorong baik ke depannya.