Jakarta, 24 Januari 2014 - PT
BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN),
perusahaan pembiayaan yang fokus ke barang konsumen berbasis otomotif, akan
menerbitkan obligasi berkelanjutan Rp 2,5 triliun. Saat ini perusahaan mencatat
liabilitas jangka panjang Rp 1,45 triliun dengan total ekuitas Rp 3,27 triliun.
Ruang leverage dan potensi pertumbuhan perusahaan masih cukup besar untuk menopang kebutuhan obligasi ini.
Untuk tahap pertama, perusahaan akan menerbitkan
sebanyak-banyaknya Rp 500 miliar
dalam tiga seri. Seri A berjangka waktu 370 hari (1 tahun) dan akan jatuh tempo 2015.
Seri B bertenor 2 tahun
dan akan habis masa berlakunya pada 2016. Terakhir, seri C yang berjangka waktu
3 tahun dan jatuh tempo
2017.
Obligasi ini
ditawarkan dengan nilai 100% dari jumlah pokok obligasi. PT Fitch Ratings
Indonesia memberikan peringkat A+ pada obligasi BFIN ini. Ada empat penjamin
pelaksana emisi yang ditunjuk. Mereka adalah PT Danareksa Sekuritas, PT Indo
Premier Securities, PT Trimegah Securities Tbk, dan PT Kresna Graha Sekurindo
Tbk.
Berdasarkan
jadwal sementara, masa penawaran awal (bookbuilding)
akan dilaksanakan 29 Januari 2014 hingga 17 Februari 2014. Manajemen berharap
sudah bisa mengantongi pernyataan efektif pada 27 Februari 2014.
Pertumbuhan perusahaan cukup tinggi
yaitu 21,80% menjadi Rp 1,39 triliun dengan pertumbuhan laba bersih hanya 9,9%
sampai dengan triwulan III 2014.
AFN melihat bahwa BFI Finance perlu
menerbitkan obligasi ini karena:
1. Likuiditas tahun 2014 akan ketat
karena bank-bank dan investor menunggu keputusan The Fed akan tapering off
waktu jika inflasi AS mencapai 2,5% dengan pengangguran mencapai 6,5%. Saat ini
inflasi AS sebesar 1,4% dengan angka pengangguran 7,2%. Selain itu Bank
Indonesia juga mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang makin memperketat
likuiditas perbankan lagi.
2. Pertumbuhan BFI Finance selama
ini cukup tinggi sehingga diperlukan modal untuk mendorong pertumbuhan ini.
3. Biasanya menjelang pemilu,
pertumbuhan barang-barang konsumen meningkat dan uang banyak beredar di pasar.
Ini akan mendorong pertumbuhan yang potensial bagi perusahaan-perusahaan
pembiayaan barang-barang konsumen seperti BFI Finance.
Akan tetapi AFN juga melihat bahwa
pembatasan impor barang-barang konsumsi dapat menjadi hambatan bagi pertumbuhan
BFI Finance ke depannya.