Jakarta, 5 Agustus 2014 – PT Indo
Kordsa, Tbk (BRAM), manufaktur bahan baku ban, mencatatkan pertumbuhan yang
signifikan di triwulan II 2014. Sementara itu manfaktur ban, PT Gajah Tunggal,
Tbk (GJTL) dan PT Multistrada Arah Sarana, Tbk (MASA) mengalami pertumbuhan
moderat.
Indo Kordsa yang menghasilkan benang
nylon dan kain ban mencatatkan pertumbuhan pendapatan 36,6% dan pertumbuhan
laba bersih 1247,6%. Kenaikan pendapatan ini disebabkan oleh tingginya
permintaan benang ban (tire cord) dan polyester.
Sementara pendapatan naik cukup
tinggi, biaya bahan produksi naik hanya kurang dari 1%. Ini mendorong kenaikan
laba kotor menjadi 197,9% dan laba bersih akhirnya mencatat kenaikan 1247% ke
angka setara Rp 95,82 miliar atau Rp 425,85/ saham.
Gajah Tunggal, penguasa pasar ban di
Indonesia, mencatatkan pertumbuhan pendapatan 7,1% menjadi Rp 6,56 triliun.
Namun pertumbuhan pendapatan tersebut diiringi dengan pertumbuhan biaya-biaya
yang lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan pendapatan. Hasilnya, laba
bersih Gajah Tunggal turun lebih dari setengahnya menjadi hanya Rp 228,29
miliar atau Rp 131,2/ saham.
Kenaikan pendapatan yang dialami
oleh Gajah Tunggal terdorong oleh kenaikan penjualan ekspor sebesar 25%, sementara
penjualan lokal malah turun walaupun tipis. Kenaikan biaya yang cukup tinggi
berasal kenaikan harga bahan baku,biaya pabrikasi, dan biaya transportasi.
Multistrada, pendatang baru yang
mulai menggerogoti pangsa pasar Gajah Tunggal dengan Achilles dan Corsa,
mencatatkan kenaikan pendapatan 5,2% menjadi setara Rp 1,77 triliun. Namun
kenaikan ini disebabkan oleh pelemahan Rupiah. Laporan keuangan dalam dolar
yang diterbitkan perusahaan menggambarkan penurunan pendapatan 12% menjadi US$
150,06 juta. Penurunan ini didorong oleh penurunan baik di pasar ekspor maupun
lokal. Saat ini Multistrada lebih banyak melakukan ekspor ketimbang melayani
pasar lokal.
Di sisi lain, pertumbuhan negatif malah
dialami oleh PT Goodyear Indonesia, Tbk (GDYR). Goodyear merupakan satu-satunya
manufaktur ban yang mengalami pertumbuhan negatif. Pendapatan turun 5,6%
menjadi setara Rp 935,03 miliar, sementara laba bersih turun sekitar 94%
menjadi hanya setara Rp 3,3 miliar. Penurunan pendapatan disebabkan oleh pasar
dalam maupun luar negeri.