Jakarta, 14 November 2013 – Pemilu tahun
2014 diekspektasi akan mendorong omzet industri kemasan sampai Rp 62 triliun
atau tumbuh 10% dibandingkan tahun ini, menurut Federasi Pengemasan Indonesia. Pertumbuhan
ini paling akan dirasakan pada makanan dan minuman olahan. Sekarang saja
kebutuhan kemasan air mineral dan susu semakin tinggi.
Tahun ini, dua emiten kemasan
plastik yaitu PT Berlina, Tbk (BRNA) dan PT Champion Pacific Indonesia, Tbk
(IGAR) membukukan pertumbuhan pendapatan rata-rata 14,5% namun laba bersihnya
turun 14 – 20% karena pelemahan nilai tukar rupiah.
Depresiasi rupiah membuat ongkos
produksi membengkak karena sebanyak 60% bahan baku masih diimpor, terutama dari
Timur Tengah. Mesin produksi juga masih diimpor karena industri mesin dalam
negeri belum sanggup memproduksi. Impor mesin produksi kebanyakan dari
negara-negara Eropa seperti Jerman dan Italia.
Berlina terutama memproduksi kemasan
plastik untuk botol air minum, pasta gigi, sabun cuci dan sebagainya. Sementara
Champion Pacific lebih banyak memproduksi kemasan untuk produk makanan dan
produk non farmasi dari perusahaan non farmasi. Keduanya berada di pasar yang
bertumbuh, karenanya mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi
daripada pertumbuhan industri yang tahun ini hanya di sekitar 8%.
1. Posisi kas dan arus kas dari aktivitas operasional lebih tinggi. Kas per saham Berlina adalah Rp 55/ saham atau sekitar 11% dari harga saham sekarang. Sementara kas per saham Champion hanya Rp 8,7/ saham atau sekitar 2,8% dari harga sahamnya. Di tengah masa pengetatan likuiditas dari perbankan, posisi kas menjadi faktor yang penting;
2. Kinerja laba usaha Berlina lebih tinggi daripada kinerja Champion, yaitu 10,1% dibandingkan 8,7%. Demikian pula dengan ROE-nya di mana Berlina mencatat 13,5%, sementara Champion 11%;
3. Marjin laba sebelum pajak Berlina memang lebih kecil dibandingkan Champion. Hal ini disebabkan oleh faktor leverage, di mana Berlina menggunakan utang jangka panjang sekitar sepertiga dari ekuitasnya dan Champion tidak sama sekali. Tetapi rasio utang dan kemampuan membayar Berlina masih jauh di atas batas minimal kemampuan
4. Laba bersih Berlina kira-kira 13% dari harga sahamnya, sementara laba bersih Champion hanya 8%.
Walaupun demikian AFN melihat bahwa
kedua saham ini sebaiknya hanya dimasuki oleh investor-investor dengan horison
investasi jangka panjang karena likuiditas perdagangan sahamnya yang sangat
rendah. Jumlah saham beredar yang memang tidak besar di pasar turut menekan
kinerja likuiditas ini.