Jakarta 19 Agustus 2013 - Seminggu setelah libur Idul Fitri, IHSG dibuka dengan gap negatif pada 4534, turun dari penutupan pekan lalu yang memang sudah merah di 4568. Diiringi dengan volume yang rendah selama bulan puasa dan paska liburan, IHSG diperkirakan akan masuk ke area bearish.
Selama bulan puasa dan 1 minggu setelah libur Lebaran berakhir, IHSG hanya ditransaksikan di sekitar 8,1 juta dan 8,9 juta lot per hari, jauh di bawah rata-rata 12,75 juta lembar lot per hari selama tahun 2013.
Harga yang cukup fluktuatif dengan tekanan berat ke bawah juga membayangi IHSG selama bulan Juli dan Agustus. Setelah sempat naik di awal bulan puasa dari 4405 ke 4780 di akhir Juli, IHSG kembali terdesak ke 4574 pada penutupan pekan kemarin. Pada hari ini pun dibuka gap negatif di 4460.
Ada beberapa kemungkinan tekanan pada IHSG. Pertama, nilai tukar Rupiah masih terus melemah walaupun Bank Indonesia sudah menaikkan tingkat suku bunga referensinya serta intervensi pada pasar uang sehingga terjadi penurunan cadangan devisa menjadi US$ 92,67 juta dari US$ 98,10 juta di akhir bulan Juni. Neraca pembayaran juga masih menunjukkan defisit Rp 25 triliun sementara defisit transaksi menjadi US$ 9,8 miliar (4,4% dari PDB).
Kedua, untuk mengurangi beban anggaran pemerintah, pemerintah menaikkan target penerimaan Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2014. Strategi yang akan digunakan adalah menggenjot penerimaan pajak dari sektor properti dan finansial yang selama ini menikmati kebijakan suku bunga rendah. Ini membuat indeks properti dan finansial pada hari ini merupakan 2 indeks yang paling tertekan.
Ketiga,BI menurunkan target pertumbuhan kredit dari 23,6% menjadi 18% dengan cara meningkatkan Giro Wajib Minimum (GWM) untuk bank-bank yang memiliki tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) di atas 92%. Hal ini efektif per November 2013, dan efektif akan memberikan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Harga emas Antam pada hari ini saja naik Rp 9.000 sementara emas dunia naik 0,5% ke US$ 1371. Harga minyak juga terus naik terutama tertekan oleh krisis Mesir yang tidak kunjung terlihat penyelesaiannya. Net sell asing di IHSG pada hari Jumat lebih dari Rp 890 miliar, sementara pagi ini sudah di Rp 400 miliar. Ketiga alasan ini bisa memberikan landasan untuk berpikir bahwa