Jakarta, 18 September 2014 – PT Charoen
Pokphand, Tbk (CPIN) berniat meningkatkan lagi pertumbuhan pendapatannya dengan
ekspor makanan olahan ke Timur Tengah, Singapura dan Kamboja. Semester ini
perusahaan membukukan pertumbuhan pendapatan 20% didorong oleh penjualan pakan
dan ayam olahan.
Sebelumnya perusahaan telah berhasil
menembus pasar Jepang dengan produk makanan olahannya, terutama Karage.
Selanjutnya Jepang akan menjadi tolok ukur untuk tiga pasar utama yang disasar
oleh Charoen Pokphand adalah Timur Tengah, Singapura dan Kamboja.
Tahun ini Charoen menargetkan
produksi mencapai 15 juta kg per minggu, naik 25% dari produksi tahun lalu dan
didukung dengan pertumbuhan produksi ayam usia sehari (DOC) 20% per tahun.
Kenaikan produksi ini adalah untuk mempertahankan pangsa pasar domestik maupun
ekspornya.
Namun angka ini belum sepenuhnya tercapai
di laporan keuangan perusahaan Juni 2014. Pendapatan perusahaan naik hanya 20% menjadi
Rp 14,43 triliun, didorong oleh pertumbuhan pakan sebesar 26% menjadi Rp 10,79
triliun yang berkontribusi kepada total pendapatan sebesar 75%. Pertumbuhan ayam
olahan baru sebesar 23% menjadi Rp 1,31 triliun.
Sementara ayam usia sehari tidak
menunjukkan pertumbuhan karena penyaluran produksinya memang adalah kepada
proses selanjutnya yaitu ayam olahan.
Laba bersih turun 18% jadi Rp 19,8
triliun karena peningkatan beban pokok pendapatan. Peningkatan beban ini
mungkin terjadi di dalam satu tahun ini karena adanya transisi antara penjualan
ayam usia sehari langsung kepada pihak ketiga kepada proses olahan selanjutnya
untuk dijual sebagai ayam olahan.
Tekanan laba juga disebabkan oleh
kenaikan gaji karyawan, promosi dan iklan, dan beberapa beban penjualan
lainnya. Peningkatan ini ASCEND nilai wajar mengingat model bisnis yang berubah
dari B-to-B menjadi B-to-C yaitu retail, membutuhkan investasi khusus dalam
promosi dan logistik. Ke depannya, perubahan model bisnis ini diharapkan akan
membawa kepada peningkatan profitabilitas perusahaan.
Pasar telah mengapresiasi langkah
perusahaan ini dengan kenaikan harga yang signifikan, yaitu 12% dalam periode
waktu 5 hari. Walaupun strategi bisnis perusahaan baik dan memiliki pemikiran
ke depan, akan tetapi investor perlu hati-hati dengan kenaikan harga saham yang
lebih tinggi lagi mengingat rasio harga atas laba (PER) sudah 28,09 kali dan
rasio harga atas nilai buku (PBV) sudah 6,74 kali, lebih tinggi dari pasar dan
rata-rata manufaktur produk konsumen.