Jakarta, 6 Oktober 2014 – PT Asia
Pacific Fibers, Tbk (POLY) mencatatkan utang baru US$ 117,8 juta dengan bunga
yang cukup tinggi. Rasio utang terhadap aset berpotensi naik menjadi 3,93 kali dari
3,58 kali. Pinjaman baru tersebut berasal dari pemegang saham mayoritasnya,
Damiano Investment BV, dan akan digunakan untuk ekspansi tahun ini.
Fasilitas US$117,8 juta itu terdiri
atas pinjaman investasi sebesar US$ 17,8 juta dan utang modal kerja US$ 100
juta. Bunga yang dibebankan kreditur cukup tinggi yaitu 10%. Manajemen
perusahaan mengaku bahwa pinjaman tersebut berbunga tinggi karena perusahaan
tidak punya pilihan lain sebab sedang melakukan restrukturisasi utang dengan PT
Perusahaan Pengelola Aset (PPA).
Perusahaan sudah mengajukan usulan
baru atas restrukturisasi utang terjamin senilai US$ 280 juta kepada Kementerian
Keuangan melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Salah satu poin usulan
tersebut adalah penerbitan obligasi wajib tukar atau mandatory convertible bond
(MCB). Perusahaan berencana menerbitkan MCB senilai US$ 45 juta kepada kreditor
utang terjamin dengan tenor 9 tahun.
Usulan ini belum dapat disetujui oleh
Kementerian Keuangan karena emiten dianggap masih terkait dengan pemegang saham
mayoritas lama, yaitu Grup Texmaco. Sedangkan grup Texmaco sendiri masih
terlibat sengketa hukum dengan Kementerian Keuangan, PPA, dan PT Bank Negara
Indonesia, Tbk (BBNI) terkait perjanjian restrukturisasi utang.
Karena proses restrukturisasi utang
yang belum jelas ini maka Asia Pacific terkendala dalam mencari pendanaan
eksternal. Padahal dana tersebut dibutuhkan perusahaan untuk membangun pabrik
baru di Kendal, Jawa Tengah, senilai investasi US$ 92 juta. Pabrik baru
tersebut akan memproduksi bahan baku untuk membuat benang. Selama ini pabrik perusahaan
di Kendal mendapatkan pasokan bahan baku dari pabrik di Karawang sebanyak 150
ton per hari. Dengan adanya pabrik baru ini, perusahaan akan mampu menghemat
distribusi pengiriman bahan baku.
Dengan tingkat bunga yang relatif tinggi
untuk pinjaman berdenominasi dollar ini, maka perusahaan berpotensi meningkatkan
rasio utangnya menjadi 3,93 kali. Rasio EBITDA berbanding beban keuangan
menjadi 0,41 kali dari 0,01 kali. Artinya risiko investasi menjadi lebih tinggi
daripada sebelumnya.
Pada semester ini perusahaan
mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 11% menjadi US$ 263.19 juta.
Perusahaan juga masih mencatatkan rugi bersih sebesar US$ 25,19 juta. Kerugian bertubi-tubi telah menyebabkan ekuitasnya
defisit cukup besar yaitu US$ 853,09 juta.
Arus kas operasional juga merupakan indikator yang perlu diwaspadai. Perusahaan mencatatkan arus kas dari aktivitas operasional yang turun signifikan menjadi hanya US$ 1,50 juta dari sebelumnya US$ 207,91 juta.