Jakarta, 21 November 2013 - Depresiasi Rupiah terhadap Dollar AS akan menekan pasar sewa ruang kantor di kawasan CBD (Central Business District). Beberapa pengguna jasa sewa kantor tertarik untuk mengalihkan pada kawasan non CBD dengan ekspektasi biaya sewa lebih rendah. Hingga saat ini sebagian besar sewa perkantoran di kawasan CBD masih menggunakan tarif dalam Dollar AS.
Pelemahan Rupiah diprakirakan masih akan panjang bahkan hingga berakhirnya Pemilu tahun depan. Rupiah telah terkoreksi lebih dari 15% selama tahun 2013 ini dan juga disertai keluarnya arus modal asing.
Secara fundamental AFN melihat bahwa posisi Rupiah saat ini mencapai nilai keseimbangan baru. Hal itu tercermin dari defisit neraca perdagangan selama 8 kuartal berturut-turut dan bahkan upaya BI menaikkan suku bunga hingga 7,5% belum mampu mendorong penguatan Rupiah.
Tahun 2014 mendatang, sektor properti secara keseluruhan pun diprakirakan akan melambat. Fitch dan Moody’s kemarin dalam diskusi outlook properti Indonesia yang dia adakan di Singapura, mengatakan pendapatan sektor properti hanya akan tumbuh sebesar 17% atau turun dibanding tahun 2013 ini sebesar 21%.
Menurut survei Jones Lang LaSalle Research, tercatat pada tahun 2013 ini rata-rata sewa perkantoran per meter sebesar US$ 28,42 per m2 di area CBD untuk kelas A, sementara kelas B sebesar US$ 12,62 per m2 dan kelas C sebesar US$ 8,62 per m2.
Sementara itu, penyerapan kantor di CBD pada kuartal ketiga turun menjadi 61.000 m2 dari sebesar 92.000 m2 pada tahun lalu. Sementara supply tercatat sebesar 290.000 m2 dengan tingkat hunian 92%.
Sementara itu dikawasan non-CBD biaya sewa tercatat antara Rp 50.000 hingga Rp 150.000 per m2 perbulan. Pertumbuhannya pun naik signifikan pada kuartal ketiga ini menjadi 39.000 m2 dari tahun lalu sebesar 32.000 m2. Supply ruang kantor baru tercatat sebesar 130.000 m2 dengan tingkat hunian 93%.
Pendapatan emiten penyedia ruang kantor masih meningkat selama tahun ini
Hingga kuartal ketiga tahun 2013 ini pendapatan beberapa emiten dari penjualan dan jasa sewa ruang kantor juatru meningkat. Hal ini seiring tren kenaikan bisnis properti dari awal tahun hingga pertengahan tahun ini.
Namun, sejak kenaikan suku bunga BI dan peraturan pengetatan kebijakan moneter lainnya, diprakirakan mulai kuartal ke-empat tahun ini, industri properti termasuk jasa penyewaan atau penjualan ruang kantor akan mulai melambat.