Jakarta, 13 Februari 2014 – Kinerja
industri farmasi sangat bervariasi di 2014, tetapi AFN merekomendasikan
emiten-emiten farmasi yang memiliki banyak exposure di sektor farmasi yang permintaannya
erat dengan daya beli masyarakat. PT Kalbe Farma, Tbk (KLBF) masih menjadi pilihan di
antara emiten-emiten farmasi lainnya.
Menjelang pemilu, pada umumnya, daya beli
masyarakat akan meningkat karenanya besarnya putaran uang di masyarakat.
Industri barang-barang konsumen akan menjadi industri yang paling merasakan
dampaknya. Sementara itu, beberapa emiten farmasi telah berusaha masuk ke
barang-barang yang berhubungan dengan kesehatan akan tetapi perilaku
konsumennya seperti perilaku barang-barang konsumen, seperti makanan nutrisi,
vitamin, minuman kesehatan dan sebagainya.
PT Kalbe Farma, Tbk adalah salah
satu emiten yang paling agresif masuk ke sektor ini. Divisi Produk Kesehatan,
yaitu yang menaungi produk-produk berperilaku consumer goods seperti Hydro
Coco, Extra Joss, dan Original Love Juice memberikan kontribusi 16% terhadap
total pendapatan dan mencatatkan pertumbuhan yang baik di 17%. Total pendapatan
dari divisi ini adalah Rp 1,88 triliun.
Divisi Nutrisi, yang walaupun
perilakunya tidak persis sama dengan perilaku consumer goods tetapi cukup
dipengaruhi oleh daya beli masyarakat secara umum, memberikan kontribusi 24%
terhadap total penjualan. Pertumbuhan divisi ini tercatat 29,3% atau tercatat
Rp 2,71 triliun di 9 bulan pertama.
Kalbe Farma terus menerus
mengembangkan produk-produk baru untuk kedua divisi di atas. Selain inovasi
produk, Kalbe juga melakukan ekspansi pasar. Awalnya, produk nutrisi Kalbe
hanya ditujukan untuk segmen premium dalam bentuk susu bubuk, namun kini
produk-produknya juga tersedia untuk mass market. Selain itu Kalbe juga akan
ekspansi ke pasar ekspor di Asia Tenggara.
Kalbe Farma menargetkan
pertumbuhan penjualan sepanjang 2014 sekitar 14-16 persen atau menjadi
Rp18,24-Rp18,56 triliun dari realisasi penjualan tahun lalu sebesar Rp16
triliun. Sampai dengan 9
bulan tahun 2013, Kalbe membukukan pertumbuhan pendapatan 18% menjadi Rp 11,44
triliun dengan pertumbuhan laba bersih 9,9% menjadi Rp 1,37 triliun. Rendahnya
pertumbuhan laba bersih dibandingkan pendapatan dikarenakan dampak pelemahan
Rupiah.
Harga saham KLBF |
Sementara emiten farmasi dengan
portofolio consumer goods menjadi menarik, PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF) yang fokus ke obat-obatan baru saja
diturunkan peringkatnya oleh PT Pefindo dari “idA-“ menjadi “idBBB+”
karena pelemahan marjin keuntungan perseroan. Kenaikan
biaya tenaga kerja dan kenaikan biaya bahan baku karena pelemahan nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menjadi penyebab menurunnya marjin
keuntungan Indofarma.
Pefindo juga
merevisi prospek INAF dari stabil menjadi negatif karena kinerja keuangan
perseroan dalam jangka pendek diperkirakan akan semakin melemah jika Indofarma tidak dapat
menyesuaikan harga jual untuk mengimbangi kenaikan biaya bahan baku. Padahal, harga produk perusahaan
sangat rigid, sulit untuk menyesuaikan karena perilakunya yang berbeda dengan
consumer goods. Sementara itu Indofarma sebagai perusahaan farmasi milik
pemerintah juga didorong untuk menghasilkan obat-obatan dengan harga
terjangkau.
Harga saham INAF |