Jakarta, 15 Agustus 2014 – PT
Hotel Mandarine Regency, Tbk (HOME), kembali mencatatkan penurunan pendapatan dan laba bersih pada semester pertama ini, setelah tahun 2013 berhasil meningkatkan pendapatan dan mencatat laba bersih. Pemilik Goodway Hotel ini menghasilkan pendapatan terbesarnya dari klub keanggotaan GVC yang mencapai 40% dari total pendapatan. Sementara itu arus kas investasi terus negatif dan belum memberikan pengembalian yang diharapkan.
GVC atau Goodway Vacation Club
adalah sebuah sistem di mana pemilik kartu membayar di depan untuk mendapatkan
sejumlah poin yang kemudian dapat ditukarkan dalam bentuk menginap gratis di
berbagai hotel yang termasuk di dalam jaringan GVC.
Pendapatan dari klub keanggotaan GVC
ini mencapai Rp 10,10 miliar atau naik 61% dibandingkan tahun sebelumnya.
Kontribusi pendapatan ini mencapai 40% dari total pendapatan pada tahun 2014,
dibandingkan sekitar hanya 23% di tahun 2013.
Hotel Mandarine memiliki rencana
strategis untuk memperluas jangkauan area kerja GVC di Indonesia untuk
meningkatkan pendapatan perseroan. Walaupun demikian, ASCEND melihat bahwa
kelanggengan usaha GVC ini perlu dipertimbangkan dengan hati-hati karena dua
faktor. Pertama, trend pembelian di depan untuk produk-produk penginapan masih
belum besar di Indonesia, serta harus melalui suatu proses edukasi di
masyarakat dulu. Kedua, banyaknya keluhan di media sosial mengenai sistem
administrasi dan pemasaran produk GVC ini dapat memberikan tekanan besar
terhadap penjualan produk ini di masa mendatang apabila tidak segera dikelola
dengan baik.
Sementara itu, Goodway Hotel dan
hotel-hotel lainnya yang dimiliki Hotel Mandarine kurang memiliki awareness di
kalangan para travellers. Hal ini telah menekan pendapatan dari kamar serta
makanan dan minuman menjadi hanya Rp
14,79 miliar atau turun 22% dari Rp 18,98 miliar. Kontribusinya kini hanya 57%
dari total pendapatan semester ini.
Perusahaan ini terus menerus membutuhkan investasi. Hal ini tampak dari arus kas keluar untuk investasi yang cukup besar selama 4 tahun berturut-turut. Walaupun rasio utang jangka panjang terhadap ekuitasnya masih cukup rendah karena sempat ada penawaran umum terbatas di akhir 2012, akan tetapi kenyataan bahwa arus kas bersih negatif terjadi setiap 2 tahun sekali memberikan gambaran bahwa investasi yang digulirkan tidak memiliki produktivitas pengembalian investasi sebagaimana diharapkan.