Jakarta, 27 November 2013 - PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) memutuskan
menggandeng investor asal China untuk membangun pabrik bahan baku stainless
steel (nickel pig iron) dengan kapasitas 160.000 ton per tahun. Keputusan ini
juga didukung oleh fakta bahwa kas internal Central Omega tidak mencukupi.
Sebelumnya Central Omega berencana
membangun unit hilirisasi dan pemurnian mineral (smelter) senilai US$ 300 juta
(Rp 2,83 triliun). Pabrik direncanakan berkapasitas 200 ribu ton per tahun dan
menggandeng perusahaan asal Taiwan, Asiazone Co. Ltd. Tetapi karena pasokan
listrik sangat terbatas, maka rencana ini terpaksa ditunda.
Perusahaan menyatakan bahwa besaran
investasi proyek tersebut baru dapat disimpulkan setelah pembicaraan dengan
kontraktor engineering asal China rampung. Sekedar gambaran, pabrik PT Sulawesi Mining Investment yang berkapasitas 800.000 ton membutuhkan
investasi sekitar US$ 500 juta, sementara pembangkit listrik kira-kira
membutuhkan investasi US$ 1 juta/ MW.
Dengan kebutuhan investasi paling
tidak US$ 148 juta ekuivalen Rp 1,75 triliun, maka posisi kas kas Central Omega
yang hanya Rp 640,29 miliar dan arus kas operasional selama 9 bulan pertama hanya
Rp 252,59 miliar tidak mencukupi.
Smelter nickel pig iron (NPI) akan dioperasikan
oleh anak usahanya, PT COR Industri Indonesia, di mana investor China juga
memiliki saham di dalamnya. Untuk mengoperasikan smelter itu, perusahaan ini juga
akan membangun pembangkit listrik sendiri dengan kapasitas sebanyak 48 MW.
Sebagian besar persiapan untuk
membangun smelter NPI tersebut sudah dilakukan. Misalnya, tahapan feasibility
study sudah rampung dan izin analisis dampak lingkungan (Amdal) akan keluar
Desember ini.
Central
Omega menargetkan sudah dapat memproduksi NPI pada pertengahan tahun 2015
mendatang. Adapun pasokan bahan baku bijih nikel akan disuplai oleh izin usaha
pertambangan (IUP) yang juga dimiliki oleh anak usahanya, seperti PT Mulia
Pacific Resources, PT Bumi Konawe Abadi, serta PT Itamatra Nusantara.
Sepanjang
Januari hingga September ini, Central Omega memproduksi 1,93 juta ton bijih
nikel, naik 24,5% dibandingkan periode yang sama. Perusahaan ini juga
membukukan pendapatan Rp 581,13 miliar, atau lebih tinggi dibandingkan tahun
lalu yang sebanyak Rp 492 miliar.
Saham Central Omega kurang terlalu likuid karena kurangnya informasi yang beredar di pasar. Setelah sempat mencapai harga tertinggi Rp 660 tahun ini di bulan April, harga DKFT kembali terpuruk di Rp 395.