Jakarta, 3 Desember 2014 – PT Indosat, Tbk (ISAT) telah melakukan uji coba layanan generasi keempat ponsel 4G LTE (long term evolution) dengan target
komersialisasi pada kuartal pertama tahun depan. Diharapkan dengan komersialiasi 4G, Indosat
akan mampu mencatatkan kembali pertumbuhan.
Perusahaan
melakukan pengujian dalam 15MHz spektrum masing-masing di 800MHz dan 1,800MHz
frekuensi. Menurut perusahaan, industri telekomunikasi telah berkembang dari
era selular, wireless, hingga broadband, seperti kecepatan dan efektivitas
layanan yang lebih tinggi. Menurut perusahaan, layanan super 4G LTE ISAT dapat
diperluas hingga 185Mbps, meskipun, jika lalu lintas berat, kecepatan bisa
turun menjadi sekitar 60Mbps-70Mbps. Sementara itu, Kementerian informasi dan komunikasi
(Menkominfo) menyatakan akan memberikan lisensi komersial pada akhir tahun ini.
Sebelumnya pada 3 triwulan 2014, perusahaan
yang dikuasai oleh Ooredoo Asia, Pte, Ltd ini mencatatkan pendapatan Rp 17,72
triliun turun tipis, 0,46% dari periode sebelumnya di tahun 2013, Rp 17,80
triliun. Penurunan tersebut terutama terjadi karena penurunan pendapatan di segmen
selular sebesar 1,3% menjadi Rp 14,29 triliun. Sementara segmen ini adalah kontributor
utama, 80% dari pendapatan Indosat.
Nampaknya pengujian ini mendapat
apresiasi yang besar oleh pasar. Saham Indosat dalam waktu 2 pekan telah naik
28% dari Rp 3.050 ke Rp 3.925. Kenaikan ini juga didorong oleh besarnya net buy
asing pada tanggal 24-27 Desember yang totalnya sampai Rp 35,04 triliun.
Padahal kinerja Indosat dilaporkan menurun pada tahun ini.
Tahun ini, sama seperti tahun 2013,
Indosat mencatatkan rugi yang cukup besar, yaitu Rp 1,32 triliun akibat
besarnya beban tetap yang harus ditanggungnya. Beban pendapatan tercatat Rp 17,22
triliun, sehingga menghasilkan marjin laba operasi hanya 2,8%. Sementara beban
utang turut menekan laba bersih sebesar Rp 1,82 triliun.
Indosat sebelumnya baru saja menata kembali struktur utangnya. Setelah membuat rangkaian
pinjaman perbankan Revolving Credit Facility (RCF) US$ 450 juta, Export Credit
Agency (ECA) US$ 400 juta, dan obligasi Rp 10 triliun, rancangannya kini
mengalami sedikit perubahan. ISAT menambah pinjaman dengan skema RCF menjadi
US$ 500 juta.