Jakarta, 24 Maret 2014 - Laba bersih PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk (BTPN) hanya tumbuh 7.04%
menjadi Rp 2,12 triliun selama 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 lalu sebesar
Rp 1,98 triliun akibat kenaikan beban pajak yang tinggi.
Tercatat beban pajak yang ditanggung Bank BTPN
sebesar Rp 737,75 miliar dibanding dengan tahun sebelumnya sebesar Rp 506,33 miliar
atau naik 45,71%.
BTPN yang floating share atau saham yang
beredar di publik hanya sebesar 34,74% juga tidak mendapatkan diskon tarif
pajak sebesar 5% sehingga beban pajak BTPN cukup tinggi dibandingkan beberapa
peersnya seperti PT Bank Bukopin, Tbk (BBKP).
Selain beban pajak, beban operasional dan beban
bunga juga naik, namun sejauh ini kontributor utama terhadap melambatnya
pertumbuhan laba yang terbesar adalah beban pajak yang naik hingga 47%.
Sebagaimana ditunjukkan dalam tabel, laba
sebelum pajak BTPN mengalami kenaikan hingga 15,43% menjadi sebesar Rp 2,87
triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 2,48 triliun.
Pendapatan bunga BTPN tumbuh hingga 17,76%
menjadi Rp 10,94 triliun selama tahun 2013 dibandingkan dengan Rp 9,29 triliun
pada 2012 lalu. Namun karena beban bunga yang ditanggung juga naik lebih tinggi
hingga 20,88% yoy menjadi Rp 3,89 triliun dari Rp 3,22 triliun, maka pendapatan
bunga bersih hanya naik 16,10% yoy menjadi Rp 7,05 triliun dari Rp 6,07
triliun.
Di sisi lain pendapatan operasional yang
dibukukan oleh BTPN tercatat naik 41,58% yoy menjadi Rp 400,39 miliar
dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp 282,81 miliar. Namun kontribusi
pendapatan operasional ini hanya sebesar 5,37% dari total pendapatan bersih.
Sementara itu, beban operasional yang
ditanggung BTPN tercatat naik hingga 18,21% yoy menjadi Rp 4,57 triliun
dibandingkan dengan sebelumnya sebesar Rp 3,87 triliun yang terdiri dari
kenaikan beban tenaga kerja sebesar 17,59%, kenaikan kerugian penghapusan aset
sebesar 29,87% dan kenaikan beban umum sebesar 15,55%.
Hasilnya laba operasi tercatat naik sebesar
15,70% yoy menjadi Rp 2,88 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar
Rp 2,49 triliun.
Rasio kinerja melambat namun masih di atas
industri
Meskipun laba bersih tertekan karena pajak,
rasio kinerja BTPN menunjukkan kinerja positif dengan tercatat selama 2013. Net
interest margin (NIM) BTPN tercatat sebesar 12,72% atau merupakan NIM terbesar
di antara bank dengan aset di atas Rp 50 trilliun walaupun BTPN
membukukan kenaikan cost of fund. NIM industri perbankan secara
keseluruhan diproyeksikan hanya sebesar 5%.
Namun dari sisi pendanaan, terlihat rasio dana
murah menunjukkan tekanan dengan kontribusi CASA sebesar 13,56% dari seluruh
dana pihak ketiga yang artinya BTPN masih mengandalkan deposito dalam
pendanaan.
Imbal hasil terhadap modal (ROE) meskipun
melambat tercatat sebesar 26,15% dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 32,58%
sementara industri tercatat pada kisaran 20%.
Rasio kecukupan modal (CAR) tercatat naik
menjadi 23,09% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 21,49% yang mengindikasikan
kekuatan modal BTPN masih kuat untuk ekspansi ke depan.
Namun, kualitas aset tercatat mengalami
penurunan terutama ditunjukkan dengan meningkatnya non-performing loans
menjadi sebesar 0,67% dibandingkan tahun sebelumnya tercatat sebesar 0,58%.
Aset BTPN masih solid
Pos-Pos (Rp. Juta)
|
BTPN
|
||
2013
|
2012
|
Change
|
|
Aset
|
69,664,873
|
59,090,132
|
17.90%
|
Aset Produktif
|
61,454,046
|
51,346,432
|
19.69%
|
Ekuitas
|
9,907,865
|
7,733,931
|
28.11%
|
Modal Inti (tier 1)
|
8,600,288
|
6,553,214
|
31.24%
|
Dana Pihak Ketiga
|
52,195,859
|
45,072,603
|
15.80%
|
Kredit
|
46,105,437
|
38,844,096
|
18.69%
|
Aset BTPN tercatat tumbuh hingga 17,90% menjadi
sebesar Rp 69,66 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp 59,09
triliun dengan komponen aset produktif tercatat naik sebesar 19,69% di tengah
pengetatan likuiditas menjadi sebesar Rp 61,45 triliun dibandingkan dengan
sebelumnya sebesar Rp 51,35 triliun.
Pertumbuhan aset tersebut didorong oleh
peningkatan kredit yang disalurkan menjadi 18,69% sebesar Rp 46,10 triliun
dibandingkan dengan sebelumnya sebesar Rp 38,84 triliun.
Sementara itu, dana pihak ketiga tercatat
tumbuh sebesar 15,80% menjadi sebesar Rp 52,20 triliun dibandingkan dengan
sebelumnya sebesar Rp 45,07 triliun.
Dalam artikel sebelumnya, AFN menjelaskan bahwa
BTPN baru saja diambil alih oleh Sumitomo Mitsui Bank Corporation dari TPG
Nusantara dengan harga premium 44,7% dibanding harga pasar saat hari transaksi
tersebut dimana Sumitomo menjadi pemegang saham pengendali. http://fundamental-saham.blogspot.com/2014/03/pengendali-baru-btpn-sumitomo-mitsui.html.
Pertanyaannya, apakah perubahan kepemilikan saham
pengendali ini harus
diikuti oleh tender offer dimana Tender offer diwajibkan oleh Peraturan Bapepam atau
OJK. Dasar pemikiran tender offer wajib ini adalah karena tidak semua
pemilik saham minoritas menerima peralihan ini.
No comments:
Post a Comment