Jakarta, 24 Maret 2014 - PT BW
Plantation, Tbk (BWPT) catatkan pertumbuhan pendapatan 21% tapi laba turun 37%.
Penurunan laba dikarenakan kenaikan biaya pokok produksi, kenaikan beban bunga
dan penurunan pendapatan bunga yang drastis.
Laba bersih BW Plantation
terkontraksi sebesar 37% menjadi Rp 181,78 miliar atau Rp 40,66/ lembar saham,
dari sebelumnya Rp 262,18 miliar atau Rp 64,71/ lembar saham.
Pendapatan naik 21% menjadi Rp 1,14
triliun dari sebelumnya Rp 944,27 miliar. Kenaikan pendapatan
Kenaikan biaya pokok produksi cukup
tinggi sehingga laba kotor perusahaan turun 5% menjadi Rp 541,20 miliar dari
sebelumnya Rp 571,16 miliar. Kenaikan biaya ini terutama dikontribusi oleh
kenaikan biaya depresiasi dan amortisasi yang mencapai 36,4% diikuti oleh
kenaikan biaya langsung mencapai 23,5%.
Selain itu, kenaikan beban bunga
yang mencapai 20% ke Rp 84,12 miliar serta penurunan pendapatan bunga sebesar
19% menjadi Rp 1,47 miliar, juga merupakan kontributor utama penurunan laba.
Kenaikan beban bunga disebabkan oleh
kenaikan utang bank jangka panjang menjadi Rp 2,54 triliun dari sebelumya Rp
1,97 triliun. Kenaikan ini, walaupun cukup membebani laba seperti diindikasikan
oleh rasio EBIT pada beban keuangan yang turun jadi 4,03x, tetapi tidak sampai
pada level yang perlu diwaspadai. Rasio utang jangka panjang atas ekuitas masih
di atas 1,00, yaitu 1,51x.
Penurunan pendapatan bunga
disebabkan salah satunya oleh telah dicairkannya deposito berjangka sebesar Rp
25 miliar untuk peningkatan modal kerja lancar.
Ke depannya, BW Plantation membidik
peningkatan produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebesar 30% pada
2014, dibandingkan estimasi tahun ini sebanyak 160 ribu ton. Adapun luas lahan
tertanam hingga kuartal III-2013 bertambah seluas 68 ha menjadi 39 ribu ha.
Perusahaan juga menargetkan kapasitas
produksi CPO 2014 mencapai 210ton/jam. Saat ini BWPT tengah mempercepat
penyelesaian pabrik baru berkapasitas 60ton/jam yang diharapkan segera
beroperasi akhir 2013. Hingga kini, BWPT diperkuat 3 pabrik yang beroperasi di Kalimantan
Tengah berkapasitas 135 ton/jam. Konsentrasi produksi akan difokuskan di Kalimantan
Timur karena berdekatan dengan konsesi kebun inti seluas lebih dari 30,000ha.
Ke depan perlu ada 1-2 pabrik baru untuk menerima pasokan TBS yang ditargetkan
naik 25-30%.
No comments:
Post a Comment