Jakarta, 19 Desember 2013 – Setelah terdiskon
terdiskon lebih dari 50% dibandingkan tahun 2010 akhir, AFN merekomendasikan
saham-saham tambang terutama terkait energi untuk dapat mulai jadi bagian
portofolio lagi.
Indeks tambang yang tahun 2010 ditutup
di kisaran 3.545 kini sudah berada di 1.450, atau terdiskon lebih dari 50%. Harga
komoditi, kebijakan-kebijakan ekspor Indonesia seperti DMO dan up-grading,
serta kebijakan impor negara pengimpor dan selisih demand supply dunia telah
jadi alasan ketertekanan ini. Harusnya angka ini sudah tidak turun lagi.
Kalau kita lihat fundamental dari top 5 saham
tambang dan membandingkan pendapatan secara triwulanan, maka kita menemukan 2
hal.
Pertama bahwa di tahun 2013, semua
saham kecuali PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk (PTBA), mencatatkan pendapatan yang lebih tinggi di triwulan III
dibandingkan triwulan I. PTBA pun hanya mencatatkan selisih yang tidak
signifikan. Kedua, semua saham kecuali PTBA, mencatatkan pendapatan triwulan
III 2013 yang lebih tinggi dibandingkan triwulan III -2012.
Ini menunjukkan bahwa di sektor
riil, perusahaan-perusahaan pertambangan telah mulai menemukan celah untuk
bertahan. Mungkin laba belum mampu memberikan indikasi yang positif karena
dalam usaha mempertahankan operasi, perusahaan terpaksa mengambil
langkah-langkah yang membuat laba tidak stabil, misalnya dengan menerbitkan
utang dan sebagainya. Tapi, kinerja pendapatan telah memberikan keyakinan bahwa
saham-saham pertambangan dengan jejak rekam yang baik boleh mulai dikoleksi.
Sebelumnya, peraturan menteri telah
meningkatkan ketatnya perdagangan hasil tambang. Akan tetapi hal ini sudah
menjadi narasi sejak lama, dan harga pun sudah mendiskon hal tersebut.
Beberapa saham rekomendasi adalah
PT Adaro Energy, Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah, Tbk (ITMG), PTBA, dan beberapa saham lapis kedua yang baik seperti PT ABM Investama, Tbk (ABMM) dan
PT Exploitasi Energi, Tbk (CNKO). Sementara PT Aneka Tambang (Persero), Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia, Tbk (INCO) yang merupakan saham pertambangan non energi pun
sudah mulai dapat dikoleksi walaupun pertumbuhan ekonomi belum sekuat yang
diharapkan.
No comments:
Post a Comment