Jakarta, 10 April 2014 – Sehari
setelah pemilihan legislatif IHSG turun 3,15%, padahal hari sebelumnya, angka
5.000 hampir dicapai lagi. Angka penurunan ini sangat tipis dengan angka
kenaikan ketika Jokowi pertama kali mengumumkan dirinya akan mencalonkan
sebagai presiden, yaitu 3,22%.
Penurunan IHSG yang terjadi di
tengah kenaikan bursa global ini tidak lain tidak bukan karena perhitungan
cepat setelah pemilu menggambarkan bahwa
partai yang mengusung Jokowi, yaitu PDI-P tidak mendapatkan jumlah kursi yang
diharapkan yaitu 25%. Dengan angka di bawah 20%, PDI-P akan dipaksa melakukan
koalisi dalam pemilihan wakil presiden maupun menteri-menteri yang akan
membantu presiden.
Pasar menganggap koalisi akan
menghambat perbaikan ekonomi Indonesia karena banyaknya kepentingan-kepentingan
yang harus didamaikan. Lihat saja
koalisi yang dilaksanakan oleh Partai Demokrat yang mengusung presiden saat
ini, Bapak Yudhoyono, membuat kinerja DPR dalam perancangan undang-undang kecil
dan tidak tepat waktu.
Salah satu akibat yang dirasakan
pasar adalah UU Minerba mengenai pelarangan ekspor barang tambang yang belum
diproses. UU ini dinilai lambat keluarnya, yaitu pada saat kondisi pasar
pertambangan dunia sedang sangat melemah. Padahal apabila undang-undang ini
dengan tegas dapat dikeluarkan 5-7 tahun sebelumnya, yaitu ketika hasil
investasi masih sangat besar, maka perusahaan-perusahaan pertambangan akan
memiliki dana dan kemauan untuk melakukannya.
Juga kelambatan di dalam penerapan
kebijakan adalah subsidi minyak serta pembukaan pasar mobil murah yang pada
akhirnya menghasilkan peningkatan subsidi minyak yang membebani anggaran
negara.
Sebagaimana sudah diprediksi banyak
analis sebelumnya termasuk AFN, Jokowi Effect adalah fenomena jangka pendek dan
temporer serta sangat terpengaruh oleh faktor-faktor politik. Jokowi Effect yang sebenarnya adalah ketika
Jokowi telah memenangkan pemilihan presiden secara legal. Baru pada saat itulah
saham-saham infrastruktur dapat mulai dikoleksi untuk jangka panjang.
AFN memprediksi bahwa dari hari ini
sampai pengumuman final pemilihan legislatif, pasar akan wait and see. Apabila
PDI-P memang tidak mendapatkan kursi lebih dari 25% dari parlemen, maka kemungkinan
akan terjadi diskon pada pasar mengiringi gerakan-gerakan partai untuk
menghimpun koalisi serta penentuan pembagian posisi-posisi yang vital dalam
pemerintah 5 tahun ke depan. Juga dikuatirkan akan ada kampanye-kampanye yang menjatuhkan
posisi Jokowi karena terbukti bahwa kampanye-kampanye yang sama telah
melemahkan posisi partai pengusungnya.
Situasi ini akan mewarnai pasar sampai
saat pemilihan presidensial serta pemilihan orang-orang yang akan duduk di
dalam kabinet, karena mereka berpotensi untuk membuat kebijakan presiden tidak
efektif.
No comments:
Post a Comment