Jakarta, 12 Agustus 2014 – Pemilihan
legislatif dan pemilihan presiden telah mendongkrak kinerja dan pendapatan
iklan emiten-emiten terkait dengan industri iklan nasional. Padahal biaya iklan
di sebagian besar perusahaan-perusahaan barang-barang konsumen (consumer goods)
turun dibandingkan periode sebelumnya. Analisis Ascend juga menunjukkan bahwa
iklan di internet memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi.
Kelima emiten terkait dengan iklan
menunjukkan pertumbuhan di semester I- 2014. Pertumbuhan tertinggi diperoleh PT
Visi Media Asia, Tbk (VIVA) dengan tingkat kenaikan 46,7% menjadi lebih dari Rp
1 triliun. Kenaikan ini didorong oleh kenaikan pendapatan dari iklan. Laba
bersihnya juga berlipat ganda.
Pertumbuhan VIVA selama 2 tahun
berturut-turut, yaitu 46,7% pada tahun ini dan 32,22% pada tahun sebelumnya,
menunjukkan bahwa iklan di internet memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi.
Saham PT Surya Citra Media, Tbk (SCMA) |
Kenaikan tinggi juga dialami oleh
emiten yang memiliki ijin pertelevisian, yaitu PT Surya Citra Media, Tbk (SCMA)
dan PT Elang Mahkota Teknologi, Tbk (EMTK) sebesar masing-masing 19,2% dan
18,3%.
Sementara itu emiten-emiten yang
menyediakan jasa konsultasi desain dan penempatan seperti PT Mahaka Media, Tbk
(ABBA) dan PT Fortune Indonesia, Tbk (FORU) mengalami penurunan laba bersih
cukup signifikan walaupun pendapatan mereka meningkat.
Mahaka Media masih melaporkan laba
bersih walaupun turun 81,9% karena kenaikan beban umum dan administrasi dan
beban bunga. Beban umum dan administrasi yang naik paling besar adalah beban
gaji dan tunjangan karyawan, transportasi dan telekomunikasi, serta honorarium
tenaga ahli.
Saham PT Fortune Indonesia, Tbk (FORU) |
Fortune Indonesia walaupun melaporkan
kenaikan pendapatan lebih tinggi daripada Mahaka Media, tetapi sudah
mencatatkan kerugian Rp 3,53 miliar. Kerugian tersebut terutama disebabkan oleh
kenaikan beban bunga dan rugi selisih kurs.
Kenaikan pendapatan ini disebabkan
oleh kenaikan iklan politik dalam masa persiapan pemilihan legislatif dan
pemilihan presiden, karena beberapa emiten besar mencatatkan biaya iklan yang
turun. PT Bentoel Internasional Investama, Tbk (RMBA), penghasil rokok, misalnya,
mencatatkan beban iklan yang turun 17% menjadi hanya Rp 607,34 miliar. PT
Mayora Indah, Tbk (MYOR), manufaktur makanan dan minuman, menurunkan biaya
iklannya sampai 22% menjadi hanya Rp 436,52 miliar.
Dugaan ini juga dibenarkan Sigi Kaca
Pariwara, perusahaan pengolahan data pengelola situs Adstensity.com, yang menyebutkan
bahwa untuk pemilihan presiden saja, kedua calon menghabiskan sekitar Rp 186
miliar untuk iklan kampanye. Sementara iklan kampanye pemilihan legislatif lalu
mencapai Rp 340 miliar. Jumlah ini hanya memperhitungkan 13 stasiun TV
nasional, belum termasuk iklan di dunia maya.
No comments:
Post a Comment