Monday, September 29, 2014

Tahun 2015 Waspada Terhadap Emiten Yang Banyak Berutang

Jakarta, 29 September 2014 – Ekonomi tahun 2015 akan diwarnai kenaikan suku bunga untuk membendung capital outflow akibat kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS, Fed Fund Rate (FFR). Apalagi pada tahun yang sama diperkirakan pemerintah yang baru terpilih akan mengurangi bahkan menghapuskan subsidi BBM. Kenaikan suku bunga ini akan memberikan dampak besar bagi emiten-emiten yang memiliki utang besar, baik dalam Rupiah maupun mata uang asing.

Sebelumnya ASCEND telah membahas tentang “Pelemahan Rupiah dan Karakter Perusahaan Layak Investasi” dalam artikel tertanggal 25 September. Di artikel tersebut ASCEND merekomendasikan untuk menghindari emiten-emiten yang memiliki utang besar di dalam valuta asing karena adanya potensi besar pelemahan Rupiah di tahun 2015 akibat inflasi yang sama. Di dalam artikel ini, ASCEND ingin meluaskan peringatan tersebut kepada semua emiten yang memiliki porsi utang besar di dalam struktur permodalannya.

Kita sedang menghadapi situasi yang berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelum krisis yaitu 2009 – 2012. Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan negara-negara lainnya, akan tetapi tingkat pertumbuhan tersebut terus melemah. Mengutip perkataan Chatib Basri di dalam pidato pembukaan seminar international yang diadakan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) tanggal 23 September yang lalu, kita sudah berada di dalam situasi yang normal. Artinya, jangan bergantung lagi kepada utang untuk mendorong pertumbuhan, karena pertumbuhannya dinormalisasi.

Secara teoritis, apabila tingkat pertumbuhan tinggi, maka struktur modal yang berat di utang lebih dapat diterima. Alasannya adalah karena pertumbuhan itu sendiri akan mampu untuk membayar bunga yang diminta oleh kreditur. Sebaliknya, apabila pertumbuhan flat bahkan negatif, jangan memberati laba dengan beban bunga.

Pemikiran ini pula yang harus diadopsi oleh investor ketika melakukan seleksi ulang terhadap portofolio investasinya di tahun 2015, yaitu emiten-emiten yang tidak memiliki utang besar. Di bawah ini adalah perusahaan-perusahaan non bank dan non multi finance yang memiliki rasio utang terhadap ekuitas lebih besar daripada 1,5 kali.

Apabila tingkat pertumbuhan perusahaan berpotensi tinggi secara konsisten selama beberapa tahun ke depan, maka struktur permodalan yang berat di utang masih dapat dijustifikasi. Namun tampak dari sebagian besar emiten yang termasuk di dalam daftar ini, hanya beberapa emiten yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi dan secara konsisten tinggi.

Beberapa  emiten dengan tingkat pertumbuhan yang secara konsisten tinggi adalah PT Centris Multipersada Prima, Tbk (CMPP), PT Benakat Integra, Tbk (BIPI), PT Pelayaran Tempuran Emas, Tbk (TMAS), PT Delta Dunia Makmur, Tbk (DOID), PT Ancora Indonesia Resources, Tbk (OKAS), PT PP (Persero), Tbk (PTPP), PT Sarana Menara Nusantara, Tbk (TOWR), dan


Sementara beberapa perusahaan yang baru saja IPO seperti PT Graha Layar Prima, Tbk (BLTZ), PT Dharma Satya Nusantara, Tbk (DSNG), dan PT Express Transindo Utama, Tbk (TAXI) belum memiliki jejak rekam atas konsistensi pertumbuhannya. 

No comments:

Post a Comment