Jakarta, 22 Desember 2014 –Rotasi
Sektor (Sector Rotation) adalah istilah bagi pola perdagangan di pasar modal,
yang biasanya digunakan sebagai acuan manajer investasi untuk mencari laba
melalui penentuan waktu yang tepat di dalam siklus ekonomi. Di akhir tahun ini,
walaupun ekonomi banyak menunjukkan gejala kontraksi, tapi kelihatannya tahun
2015 pasar modal akan diwarnai dengan kejutan kenaikan sektor-sektor yang biasa
naik pada periode ekspansi.
Sumber: www.marketoracle.co.uk |
Rotasi sektor biasanya berlangsung
selama kira-kira 4 tahun sampai mencapai siklus penuh. Dalam periode ekspansi,
kita akan melihat harga-harga saham dan komoditi yang meningkat, inflasi naik,
suku bunga turun, harga obligasi turun. Di sisi lain, periode kontraksi akan
memunculkan penurunan PDB, penurunan harga property, inflasi turun, dan harga
obligasi naik.
Selama 2010 – 2014, inilah yang
terjadi:
- Pertumbuhan PDB (harga berlaku) melemah dari 15,1% di 2011 menjadi 10,2% tahun ini;
- Inflasi naik ke 8,38% di 2013 namun kini tertekan di 6% dengan sedikit peningkatan karena kebijakan pengurangan subsidi BBM;
- Suku bunga acuan dinaikkan ke 7,75% untuk mengatasi inflasi
- Indeks harga saham gabungan memecahkan rekor tertinggi terus namun dengan momentum yang terus melemah;
- Indeks harga obligasi turun di 2013, namun mencatat rekor tertinggi tahun ini;
- Harga-harga property terus naik walaupun dengan tingkat kenaikan yang melemah;
- Harga minyak terus turun karena situasi dunia;
- Harga komoditi juga turun ke level 2011.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa
kita kini berada di periode awal kontraksi dan tahun 2015 mestinya menjadi
periode akhir kontraksi di mana yang akan mendapatkan laba adalah sektor-sektor
finansial dan konsumen yang bersifat siklikal, seperti mobil dan rumah.
Namun bila dilihat dari indeks
sektoral, maka tampak bahwa tahun 2014 adalah tahun yang terang bagi sektor property,
keuangan, infrastruktur, dan konsumen. Semua sektor ini adalah sektor-sektor
yang biasanya bersinar dalam periode kontraksi akhir.
Mungkin Indonesia memiliki siklus
ekonominya sendiri yang lebih lama daripada 4 tahun, mengingat sejak tahun 2010
hanya sektor pertambangan yang negative, dan itu dikarenakan pengaruh dari luar
negeri.
Mungkin juga ada beberapa faktor
yang memberikan variasi dari pola yang umum tersebut, seperti penundaan
pengurangan BBM subsidi yang seharusnya telah dilaksanakan 3-4 tahun yang lalu,
perbaikan dan peningkatan penyerapan anggaran Negara pada proyek-proyek yang
memiliki multiplier effect tinggi, serta ekonomi dunia yang kini tidak lagi
bergerak dengan langkah yang seiring.
Apapun alasannya, tahun 2015
seharusnya menjadi tahun yang menarik sekaligus tahun yang sulit untuk
menentukan apakah kinerja portofolio manajer investasi akan sebaik tahun ini.
No comments:
Post a Comment