Jakarta, 30 Januari 2015 – PT Kawasan
Industri Jababeka, Tbk (KIJA) merencanakan akan mengembangkan proyek kawasan industri di 100
kota yang tersebar di Indonesia seiring dengan rencana pemerintah untuk
membangun 100 kawasan pengembangan teknologi dan inovasi (technopark) untuk
industri. Belanja modal tahun ini Rp 735 miliar dari kas internal, sementara pembiayaan dengan dolar AS mulai menggunakan lindung nilai untuk menjaga terhadap fluktuasi valuta asing.
Sebelumnya pemerintah melalui Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Andrinof A. Chaniago menyatakan
kebutuhan dana Rp 1,5 triliun untuk membangun 100 technopark mendukung kegiatan
kawasan industri yang sudah ada, selain 13 kawasan industri baru di luar Jawa
yang akan mulai dibangun pada 2015.
Menurut rencana Bappenas, selain
pengembangan teknologi, "Technopark" juga akan tempat pelatihan dan
pembinaan masyarakat dalam meningkatkan keahlian dalam mengelola sumber daya
potensialnya.
Tahun ini perseroan menargetkan kontribusi
lahan industri naik 10% menjadi Rp 502 miliar ditopang oleh kenaikan harga jual
tanah yang akan berkisar di antara 10 – 15%. Sementara itu marketing sales
ditargetkan Rp 1,2 triliun atau naik 15% dari pencapaian tahun 2014. Sekitar
45% diharapkan bersumber dari proyek residential dan komersial, sisanya 55%
dari penjualan lahan industri.
Tahun 2014 penjualan kawasan
industri menyumbang Rp 457 miliar atau sekitar 45% dari marketing sales. Kinerja
ini diperoleh dari penjualan bangunan pabrik standar dan penjualan 12 Ha lahan yang dikembangkan dengan harga
rata-rata Rp 2,7 juta per m2, naik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya di
bawah Rp 2 juta.
Salah satu pengembangan kota yang
sudah dijalankan Jababeka adalah di Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang,
Banten. Jababeka mengembangkan "integrated township" Tanjung Lesung
untuk menyokong industri pariwisata. Selain Tanjung Lesung, perseroan bersama
dengan Sembcorp, Singapura, sedang mengembangkan proyek di Kendal, Jawa Tengah
untuk menjadi kawasan industri.
Untuk mendukung ekspansi, perseroan
mempersiapkan dana belanja modal dari
kas internal sekitar Rp735 miliar tahun ini. Perinciannya, sebesar Rp 600
miliar rupiah untuk akuisisi lahan di Cikarang dan Kendal. Sementara, senilai
Rp135 miliar untuk pengembangan infrastruktur. Setelah Kendal dan Cikarang,
kota lain yang menjadi target, yakni Morotai dan Medan.
Sampai 30 September 2014, perseroan
mengantongi kas hampir Rp 1 triliun yang cukup untuk membiayai rencana capex ke
depannya. Pendapatan perseroan sampai dengan triwulan ketiga hanya naik 2%
menjadi Rp 2,06 triliun dengan laba Rp 390,3 miliar atau naik 338% dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya.
Aset Jababeka senilai Rp 8,9 triliun dibiayai separuhnya
oleh utang yang mana lebih dari dua pertiganya adalah utang dalam dolar AS.
Oleh karena itu perseroan melakukan lindung nilai (hedging) yang sampai saat ini sudah
mencapai US$ 50 juta dari US$ 217 juta outstanding. Adapun, sistem hedging yang
digunkan adalah call spread sebesar Rp 1.500 dengan kurs sebesar Rp 12.500 per
dollar AS. Selain itu perseroan juga memiliki natural hedging karena penjualan listrik,
pabrik dalam dollar AS.
No comments:
Post a Comment