Jakarta, 27 Februari 2015 – PT Adhi Karya
(Persero), Tbk (ADHI), BUMN yang bergerak di bidang konstruksi infrastruktur, mencatatkan penurunan laba 20% tertekan oleh
penurunan pendapatan 12%. Laba bersih juga turun karena kenaikan beban pokok
pendapatan, penurunan pendapatan bersih venture bersama konstruksi, kenaikan
beban usaha, dan tidak adanya penjualan asset seperti tahun lalu.
Pendapatan Adhi Karya turun 12% menjadi Rp 8,65 triliun dibandingkan tahun lalu Rp 9,80 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan di segmen konstruksi sebesar 9%; yang walaupun bukan merupakan penurunan terbesar, namun karena kontribusinya yang signifikan membuat penurunan segmen ini cukup signifikan dampaknya bagi Perseroan. Konstruksi turun menjadi Rp 7,27 triliun dari sebelumnya Rp 8,0 triliun.
Sementara itu segmen EPC mencatatkan penurunan
terbesar 54% menjadi Rp 863,12 miliar dari sebelumnya Rp 1,89 triliun.
Kontribusi segmen ini turun dari sebelumnya 18% menjadi hanya 9%. Real Estate
dan Properti mencatatkan kenaikan pendapatan 22% menjadi Rp 858,8 miliar dari
sebelumnya Rp 705,5 miliar. Tahun ini ada segmen pendapatan baru yang dicatat
oleh Perseroan, yaitu dari investasi infrastruktur.
Pendapatan usaha dari beberapa pelanggan besar
tetap Adhi Karya tahun ini turun secara signifikan. Pendapatan dari PT
Pertamina tahun ini hanya Rp 681,74 miliar dibandingkan sebelumnya Rp 1,52
triliun. Dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) turun menjadi hanya Rp 271,43
miliar dari sebelumnya Rp 645,72 miliar. Dari PT Angkasa Pura II juga turun menjadi
hanya Rp 267,36 miliar dari sebelumnya Rp 700,88 miliar.
Namun Adhi Karya berhasil mendapatkan pekerjaan
dari beberapa perusahaan swasta baru, seperti PT Cengkareng Business Centre
sebesar Rp 349,55 miliar; PT Rita Ritelindo sebesar Rp 94,84 miliar, dan RS
Atma Jaya sebesar Rp 94,70 miliar.
Pendapatan bersih venture bersama konstruksi
Perseroan tahun ini juga turun 66,3% menjadi hanya Rp 18,39 miliar dari
sebelumnya Rp 54,6 miliar. Hal ini menyebabkan laba kotor Perseroan setelah
laba ventura bersama turun 18,5% menjadi hanya Rp 1,02 triliun dari sebelumnya
Rp 1,25 triliun.
Laba penjualan asset tetap juga turun jadi hanya
Rp 183,42 juta dari sebelumnya Rp 10,16 miliar. Tahun 2013, Adhi Karya menjual asset
dengan nilai tercatat Rp 2 miliar dengan harga jual Rp 12,14 miliar. Sementara
tahun ini walaupun Perseroan juga menjual asset senilai buku Rp 1,33 miliar,
namun harga jualnya tidak jauh dari nilai buku tersebut, yaitu Rp 1,51 miliar.
Beban usaha naik 9,7% menjadi Rp 361,18 miliar
dari sebelumnya Rp 328,96 miliar, terutama disebabkan oleh kenaikan beban
pengawai, beban umum, dan beban penyusutan.
Penurunan pendapatan dan laba bersih ini telah
mengakibatkan penurunan marjin laba kotor dan marjin laba bersih serta imbal
hasil atas ekuitas, namun marjin EBITDA naik sedikit. Tingkat perputaran asset juga
turun karena asset Rp 1 tidak menghasilkan pendapatan sebesar tahun lalu.
Rata-rata hari piutang yang meningkat dan hari
utang usaha yang meningkat juga perlu diwaspadai sebagai salah satu strategi Perseroan
berkapitalisasi Rp 6,2 triliun ini untuk mencari solusi atas kesulitan arus kas
yang mungkin dialami. Hal ini tampak dari arus kas operasional yang tahun ini negative
Rp 978,23; artinya operasi Adhi Karya telah membuat kas keluar dari kantong
perusahaan.
Dengan harga saham yang mencerminkan Rasio
Harga atas Laba sampai 19,12 kali dan Rasio Harga atas Nilai Buku sampai 3,54
kali, saham berkode ADHI ini adalah salah satu saham yang perlu dicermati
secara hati-hati oleh investor. Optimisme akan guyuran proyek infrastruktur
yang dianggarkan oleh Pemerintah Joko Widodo dan disahkan oleh DPR barusan, dan
penambahan modal yang telah disetujui oleh DPR, belum tentu akan membuat
kinerja perusahaan ini membaik secara signifikan.
No comments:
Post a Comment