Jakarta, 1 November 2013 - PT PP Properti, anak perusahaan dari PT PP (Persero) Tbk [PTPP],
kemarin menandatangani MoU dengan PTPN IX untuk memanfaatkan 2 lahan PTPN IX
yang berada di Surakarta seluas 18,9 ha. Tanah tersebut rencananya akan
dijadikan mixed used area yang akan mulai dibangun tahun 2014.
PP Properti baru saja di-spin off dari PTPP dengan tujuan akan melakukan IPO di tahun 2014. Sebelumnya PP Properti adalah salah satu divisi dari PTPP. Dengan spin-off ini diharapkan PP Properti dapat mengembangkan model bisnisnya sendiri yang unik dari induk usahanya, dan pada akhirnya memberikan nilai lebih kepada PTPP dan pemegang sahamnya.
Usai spin-off, PP Properti mentargetkan pendapatan akan mencapai Rp 1,9 triliun per tahun. Ini akan mendorong kinerja pendapatan dari PTPP secara total karena sampai saat ini, pendapatan PP Properti masih dikonsolidasi di PTPP.
Peningkatan pendapatan ini disebabkan oleh pertumbuhan jasa konstruksi sebesar 93,67% menjadi Rp 5,87 triliun dan pertumbuhan EPC (Engineering, Procurement, Construction) sebesar 51,66% menjadi Rp 1,25 triliun.
Menarik juga dicatat bahwa PT PP baru saja mengakuisisi anak perusahaannya PT PP Dirganeka sehingga pada periode ini mencatatkan pertumbuhan aset 42% dan pertumbuhan liabilitas 39%.
AFN melihat adanya kemungkinan bahwa PT PP sedang agresif memperbesar ukurannya. Saat ini kapitalisasi pasar PTPP masih di bawah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk [WIKA] yaitu Rp 6,25 triliun dengan harga Rp 1.290/ saham dibandingkan Rp 11,6 triliun dengan harga Rp 1.890/ saham. Dengan rasio PE yang hampir serupa, yaitu 21-22x dan rasio PBV yang juga mirip yaitu 3.51 dan 3.74x, maka PTPP perlu melakukan berbagai upaya pertumbuhan anorganik melalui akuisisi.
Beberapa point positif dari PTPP adalah:
- PTPP memiliki anak usaha PP Properti dan PP Dirganeka yang masing-masing merupakan pendukung bisnis PTPP yang mandiri dan menghasilkan nilai tambah lebih dan siap untuk dispin-off;
- Posisi kas PTPP masih besar yaitu Rp 577,06 miliar dan menghasilkan rata-rata Rp 150 miliar/ tahun dari aktivitas operasional. Biasanya pada 3 triwulan pertama, arus kas memang masih negatif sebagaimana terjadi di tahun ini sebesar –Rp 981 miliar. Hal ini karena model pembayaran dan penagihan industri konstruksi yang condong ke akhir tahun.
- PTPP unggul di beberapa segmen konstruksi terutama pelabuhan. Beberapa kontrak pelabuhan yang telah diterima oleh PTPP adalah Pelabuhan Krakatau Bandar Samudra-Cilegon, Terminal New Priok Jakarta, dan Pelabuhan Kali Baru.
- Sampai dengan September 2013, PTPP telah meraih kontrak baru sebesar Rp 13,1 triliun, 66,5% dari target akhir tahun sebesar Rp 19,7 triliun. Beberapa kontrak baru yang diperoleh PTPP pada bulan September 2013 yaitu konstruksi Gedung Peruri (Karawang), Jalan Long Belulah di Long Peso (Kalimantan Utara), Politeknik Elektro (Surabaya) dan Jalan Donggi (Sulawesi Tengah).
Sementara beberapa point dimana PTPP masih belum dapat mengalahkan WIKA adalah:
- Kinerja profitabilitas PTPP masih dapat ditingkatkan apabila melihat kepada benchmark-nya, WIKA. Marjin laba usaha dan laba bersih PTPP masing-masing adalah 7,93% dan 3,01%, lebih rendah daripada WIKA yang tercatat 9,82% dan 4,93%.
- Beban bunga PTPP masih sangat tinggi, yaitu Rp 134,87 miliar dibandingkan WIKA yang efisien di Rp 15,96 miliar. Leverage yang tinggi ditunjukkan oleh rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas PTPP sebesar 1,13 dibandingkan WIKA di 0,57x. Beban bunga ini memberikan tekanan terhadap kinerja laba dan arus kas PTPP.
No comments:
Post a Comment