Jakarta, 2
Desember 2013 – Beberapa emiten perkebunan memangkas belanja modal (capital
expenditure) tahun depan karena ekspektasi harga yang masih mungkin melemah. Walaupun
demikian, saat ini mungkin saat yang paling tepat untuk mulai mengkoleksi saham
sektor ini.
PT BW
Plantation Tbk (BWPT) akan menganggarkan belanja modal 30% lebih rendah
daripada tahun ini, yaitu hanya Rp 700 miliar. Sebesar Rp 400 miliar akan
digunakan untuk perawatan tanaman yang masih muda dan menanam 4.000 hektare
lahan baru, Rp 50 miliar untuk pembangunan dermaga dan infrastruktur jalan, Rp
50 miliar untuk pembebasan lahan, dan Rp 100 miliar untuk perawatan pabrik.
PT Astra
Agro Lestari Tbk (AALI) juga menurun. Rencananya, capex tahun depan hanya
sebesar Rp 2,5 – 3 triliun, dibandingkan Rp 3,5 triliun tahun 2013 ini.
PT Salim
Ivomas Pratama, Tbk (SIMP) sebaliknya akan menyiapkan belanja modal lebih
tinggi yaitu sebesar Rp 2,5 – 3 triliun dibandingkan tahun ini yang tercatat Rp
2,4 triliun. Sebagian besar belanja modal ini adalah untuk pengembangan hilir
di produk minyak goreng dan nabati. Tampak hal ini memberikan konfirmasi bahwa
perusahaan ini pun tidak melakukan belanja modal besar untuk sektor hulunya.
Analis
melihat bahwa emiten perkebunan cenderung konservatif karena melihat kinerja
tahun ini yang masih negatif. Konservatisme ini cukup beralasan, terutama bagi
perusahaan perkebunan yang tidak memiliki industri hilir, sehingga paling
tertekan.
Satu-satunya
yang berbeda adalah PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), yang menyiapkan belanja
modal sebesar Rp1 triliun pada 2014. Dana akan digunakan untuk pengoperasian
pabrik gula rafinasi, perawatan kebun sawit dan penambahan kebun tebu.
Pengoperasian pabrik gula membutuhkan dana Rp500 miliar, sedangkan sisanya
untuk perawatan rutin dan penambahan kapasitas tebu. Pendapatan 2014
ditargetkan mencapai 3,8 triliun dibandingkan estimasi tahun ini Rp3,2 triliun.
Sebagian
besar emiten perkebunan memang mencatatkan penurunan pendapatan dan laba
bersih. BW Plantation masih mencatat pertumbuhan pendapatan positif 2,8%,
tetapi laba bersihnya turun 51,6%.
Pendapatan Astra
Agro turun 2,9% sementara laba bersihnya
turun 45,5%. Salim Ivomas bernasib sama dengan pendapatan dan laba bersih
masing-masing turun 9,4% dan 82,3%. Demikian pula Tunas Baru yang pendapatan
dan laba bersihnya turun 15,6% dan 66%.
Walaupun ekspansi
dipangkas, namun tampaknya saham perkebunan sudah mulai kembali mendapatkan
tempat di portofolio. Salim Ivomas sudah naik dari level terendahnya di Rp 590 menjadi
Rp 850. Astra Agro melonjak ke Rp 22.850 dari titik terendahnya tahun ini di Rp
13.100. Demikian juga BWPT yang melesat ke Rp 1.340 dari Rp 510.
AFN melihat
bahwa harga komoditi yang melemah, walaupun masih akan menekan kinerja
fundamental tahun 2014, akan tetapi sudah selesai didiskon oleh pasar. Pasar
tidak lagi melihat akan adanya faktor tekanan yang terlalu besar terhadap saham
perkebunan, sehingga mengkoleksi saham perkebunan mulai dari sekarang adalah
strategi yang paling tepat.
No comments:
Post a Comment