Jakarta, 19 Maret 2014 - Laba bersih PT Bumi Serpong Damai,
Tbk (BSDE) naik 109% menjadi Rp 2,69 triliun sementara laba bersih per saham
naik jadi Rp 153,82/ lembar. Kenaikan laba ini didorong oleh kenaikan pendapatan
sebesar 54%, kenaikan nilai tambah tanah yang dimiliki, serta kenaikan
biaya-biaya yang lebih rendah daripada kenaikan pendapatan.
Pendapatan BDSE naik 54% menjadi Rp
5,74 triliun dari sebelumnya Rp 3,73 triliun. Kenaikan ini didorong oleh kenaikan
penjualan tanah dan bangunan, terutama penjualan kepada kepada pihak berelasi.
Transaksi yang signifikan adalah kepada PT. Bumi Pratama Wisesa sebesar Rp. 727 miliar,
kepada PT. AMSL Indonesia sebesar Rp. 308 miliar dan kepada PT. Indonesia Internasional Expo sebesar Rp. 280
miliar.
Laba kotor naik 75% menjadi Rp 4,17
triliun dari sebelumnya Rp 2,38 triliun. Marjin laba kotor naik menjadi 72,6%
dari sebelumnya 63,9%. Kenaikan marjin laba kotor ini disebabkan oleh kenaikan
nilai tambah dari tanah (dibeli secara historis pada harga rendah dan kini
dapat dijual dengan harga jauh lebih tinggi). Kenaikan nilai tambah tanah ini
merupakan hasil dari strategi jitu BSDE di dalam pengolahan lahannya.
Laba sebelum pajak dan bunga naik
95% menjadi Rp 3,48 triliun dari sebelumnay Rp 1,79 triliun. Beban bunga naik
cukup tinggi ke Rp 198,69 miliar, namun rasio EBIT terhadap beban keuangan
tetap tinggi di 17,5x. Artinya perusahaan memiliki kemampuan lebih dari cukup
untuk membayar beban bunganya.
Laba bersih naik 109% menjadikan
marjin laba bersih naik signifikan jadi 46,9% dari sebelumnya 34,5%. Imbal
hasil atas ekuitas (ROE) naik menjadi 26,3% dari sebelumnya 16,2%.
Arus kas bersih tetap meningkat Rp
282,57 miliar. Arus kas operasional naik 146% jadi Rp 548,88 miliar dari
sebelumnya Rp 222,68 miliar. Ini terutama berasal dari peningkatan kas dari
pelanggan yang tercatat Rp 7,27 triliun atau naik 52% dari sebelumnya Rp 4,77
triliun.
Neraca kuat
Aset BSDE naik 35% menjadi Rp 22,57
triliun dari sebelumnya Rp 16,76 triliun. Kenaikan ini terutama terjadi pada
Aset lancar yang mencapai 40% menjadi Rp 11,83 triliun dari sebelumnya Rp 8,44
triliun. Kenaikan pada aset lancar karena kenaikan investasi jangka pendek dan
penyaluran dana mudharabah sebesar Rp 1,03 triliun untuk investasi jangka
pendek dan Rp 255 miliar pada penyaluran dana mudharabah. Selain itu di aset
tetap pun ada peningkatan terutama dari tanah belum dikembangkan menjadi Rp
7,25 triliun dari sebelumnya Rp 6,52 triliun dan pada properti investasi yang
kini tercatat Rp 2,50 triliun dari sebelumnya Rp 681,39 miliar.
Utang jangka pendek dan jangka
panjang tercatat naik, akan tetapi kenaikan ini tidak memberikan perubahan
signifikan pada rasio leveragenya. Utang jangka pendek naik jadi Rp 4,44
triliun dari sebelumnya Rp 2,91 triliun; sementara utang jangka panjang naik
jadi Rp 4,72 triliun dari sebelumnya Rp 3,32 triliun. Kenaikan utang jangka
pendek terutama dikarenakan kenaikan utang bank jangka pendek yang kini
mencapai Rp 1,33 triliun. Sementara kenaikan utang jangka panjang dikarenakan
kenaikan utang obligasi yang kini tercatat Rp 2,73 triliun dari sebelumnya RP
990,25 miliar.
Rasio utang jangka panjang atas ekuitas
naik sedikit, tetapi tidak signifikan bahkan tidak relevan, yaitu menjadi 0,46x
dari sebelumnya 0,42x. Rasio utang atas aset naik menjadi 0,41x dari sebelumnya
0,37x. Rasio lancar jadi 2,67x dari sebelumnya 2,90x.
Kapitalisasi
pasar Bumi Serpong tetap tertinggi di antara perusahaan properti lainnya. Pada penutupan 18 Maret 2014 tercatat kapitalisasi pasar Rp 29,48 triliun, mencerminkan P/E
10,95x dan PBV 2,88 x.
No comments:
Post a Comment