Friday, June 28, 2013

Intiland Akan Terbitkan Obligasi Rp 500M

Intiland Development Tbk (DILD) akan terbitkan obligasi Rp 500M dengan 2 seri untuk investasi dan pengembangan usaha serta pembelian tanah.

Dana Rp 500M yang akan diterima DILD direncanakan digunakan untuk pengembangan usaha di 3 anak perusahaan yaitu PT Taman Harapan Indah (pemilik Taman Semanan Indah), PT Putra Sinar Permaja, dan PT Gandaria Prima (pemilik 1Park Avenue), serta membeli tanah untuk meningkatkan landbank.


Penggunaan dana hasil obligasi


Obligasi DILD akan diterbitkan dalam 2 seri yaitu:
- Seri A sebesar Rp 346 miliar memiliki tingkat bunga 9,75% dengan jatuh tempo 3 tahun.
- Seri B sebesar Rp 154 miliar dengan tingkat bunga 100% dan jatuh tempo dalam 5 tahun.

AFN melihat bahwa penerbitan obligasi ini kurang menarik bagi investor saham:

1.Pembelian tanah yang sifatnya jangka panjang dan masih spekulatif sebaiknya tidak dilakukan dengan menggunakan utang

2. Intiland sudah memiliki utang yang cukup tinggi terutama utang jangka pendek kepada bank yaitu Rp 1 triliun

AFN melihat bahwa kombinasi antara ekuitas dan utang akan lebih cocok bagi DILD di mana komponen utang digunakan untuk pengembangan proyek-proyek yang sudah jalan, sementara komponen ekuitas untuk pembelian tanah dan pengembangan proyek-proyek jangka panjang.

  
Pergerakan saham DILD


Energi Mega Jual Kepemilikan di Blok Masela

  Energi Mega Persada (ENRG) melalui anak usahanya, EMP Energi Indonesia, menjual 10% kepemilikannya atas Blok Masela PSC kepada Inpex Masela Ltd (5%) dan Shell Upstream Overseas Services (I) Limited (5%). Nilai transaksi adalah sebesar US$ 313 juta yang setelah dipotong pajak akan diterima kas oleh ENRG sebesar US$ 291,09 juta.

Cadangan aset-aset ENRG 
Blok Masela PSC berlokasi di Laut Arafura Indonesia, telah terbukti menyimpan 18,47 triliun kaki kubik gas.  Masela juga berkontribusi 58% terhadap total cadangan perusahaan.

Dana yang diterima akan digunakan perusahaan untuk melunasi pinjaman ENRG untuk melunasi pinjaman kepada Credit Suisse senilai US$ 200 juta yang jatuh tempo pada September 2013, serta modal kerja perusahaan.


Per tanggal 31 Desember 2013, ENRG mencatat rasio utang terhadap ekuitas 2x, sementara kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dari laba sebelum pajak dan bunga adalah 2,1x.Rasio EBITDA pada utang hanya 0,4x yang artinya arus kas perusahaan 1 tahun belum mampu untuk membayar utang.

Utang ENRG (melalui EMP  Holdings Singapore Pte Ltd) pada Credit Suisse tercatat sebesar US$ 200 juta dengan penggunaan dana untuk melunasi pinjaman kepada Credit Suisse dan PMA Capital Management Ltd serta pengembangan aset-aset. Beberapa pembatasan yang dikenakan atas pinjaman ini termasuk tidak dapat melakukan akuisisi atas working interest di ladang gas selain hydrocarbon fields, serta rasio keuangan khususnya EBITDA terhadap utang. ENRG mendapatkan waiver dari Credit Suisse karena ketidakmampuan memenuhi beberapa persyaratan pinjaman serta melakukan restrukturisasi atas pinjaman tersebut.

Di dalam RUPS LB tanggal 25 Juni 2013, ENRG telah diberikan mandat untuk menjaminkan seluruh atau sebagian besar perusahaan dan anak-anak perusahaan untuk refinancing.

 AFN melihat bahwa penjualan aset ENRG ini sangat disayangkan karena Masela adalah salah satu blok penting bagi pendapatan masa depan ENRG. Akan tetapi keputusan ini tidak dapat dihindari karena utang perusahaan sangat membebani kinerja keuangan, apalagi dalam jangka pendek ini Masela masih belum dapat berkontribusi terhadap pendapatan dan arus kas perusahaan.
Diversifikasi Portofolio Aset Perusahaan

Thursday, June 27, 2013

ABM Investama Maksimalkan Potensi


ABM InvestamaABM Investama Tbk (ABMM) masuki usaha penyewaan alat-alat pertambangan. Keputusan yang menjadikan ABMM tidak lagi hanya perusahaan investasi melainkan 'fully-operating company' ini diambil untuk memaksimalkan potensi pendapatan, sekaligus mengefisienkan biaya. 


Penambahan kegiatan usaha ABM antara lain dilakukan melalui jasa penyewaan alat-alat berat pada 3 sektor, yaitu
•    Pillar, alat-alat berat berupa pompa, pontoon, pipa dan perlengkapannya untuk digunakan dalam rangka dewatering yang banyak dibutuhkan pada industri tambang
•    Peralatan eksplorasi,antara lain berupa Drill Rig yang biasa digunakan pada eksploitasi industri tambang.
•    Peralatan eksploitasi,  antara lain berupa Excavator, Haul Truck, Grader, Doser A, Doser B, Buldoser, dan Vibro Compactor yang biasa digunakan pada eksplorasi industri tambang.

Beberapa alasan dilakukannya penambahan ini adalah untuk:
1. Memaksimalkan pendapatan perusahaan melalui penyewaan alat yang masih di dalam kompetensi dan dukungan grup usaha.

2. Memanfaatkan PPN masukan yang telah dibayarkan ABMM atas berbagai pembelian barang dan/atau investasi. Bila ABMM tidak memiliki pendapatan sendiri, maka PPN masukan tersebut harus dijadikan biaya sehingga akan mengurangi laba.

3. Memanfaatkan aset pajak terutang (deferred tax asset) yang akan hilang dan mengurangi laba apabila ABMM tidak memiliki keuntungan yang berasal dari kegiatan operasionalnya sendiri.

AFN melihat bahwa penambahan kegiatan usaha ini baik , walaupun masih sangat terkait dengan industri tambang yang pada saat ini masih berfluktuasi. Dalam jangka panjang, AFN tetap melihat strategi perusahaan yang didukung oleh grup dan neraca keuangan yang solid ini akan dapat menghasilkan return yang seimbang.


Informasi ringkas tentang Penilaian Kelayakan:
Berdasarkan asumsi dan perhitungan, analisis kelayakan terhadap Rencana Transaksi adalah sebagai berikut:
  • NPV dengan tingkat diskonto sebesar 7,25%  lebih besar dari 0 dan positif.
  • Internal Rate of Return (IRR) lebih besar dari tingkat diskonto sebesar 7,25%.
  • Payback Period (PP) selama 4 tahun 0 bulan.
  • Profitability Index (PI)  lebih besar dari 1 (satu).

Alkindo Tambah Kapasitas Produksi

Alkindo Naratama (ALDO), perusahaan yang spesialisasi produksi tabung kertas dan kertas kemasan, targetkan penjualan tahun ini capai Rp 350 miliar dan laba bersih Rp 11,65 miliar atau naik lebih dari 25% dengan cara meningkatkan produksi jadi 30.000 ton. Selain itu ALDO juga siapkan Rp 20 miliar untuk perluasan pabrik.


Pertumbuhan ALDO


Sampai saat ini, ALDO memproduksi 28.000 ton atau sekitar 80% dari total kapasitas yang dimilikinya. Ke depannya ALDO akan tingkatkan utilitas pabriknya menjadi 100% sehingga dapat menjadi 30.000 ton/ tahun. Hingga semester I-2013 produksi kertas kemasan ALDO sudah mencapai separuh dari target, yaitu 15.000 ton.

Sementara pabrik yang akan dibangun direncanakan akan berdiri di atas lahan sekitar 3.000m2 dan membutuhkan dana sekitar Rp 20 miliar. Sampai dengan 31 Maret 2013, kas tercatat ALDO adalah Rp 77,36 miliar dan arus kas operasional tercatat Rp 9,79 miliar.

AFN melihat ekspansi ini meningkatkan daya tarik ALDO karena:
1. Permintaan atas produk pengemasan makin meningkat seiring dengan makin meningkatnya permintaan barang konsumsi.

2. ALDO fokus ke industri makanan dan minuman yang memang saat ini sedang sangat agresif dalam memperluas pangsa pasar dan memanfaatkan momentum pertumbuhan daya beli yang sangat baik.

3. Pertumbuhan pendapatan ALDO selalu disertai oleh pertumbuhan laba bersih, sehingga ekspansi ini berpotensi akan meningkatkan pula laba bersih dan nilai tambah bagi investor.

4. Arus kas ALDO dari operasional kuat, sehingga mendukung rencana ekspansi hanya dengan kas internal dan arus kas dari operasional.

Akan tetapi AFN juga melihat bahwa perusahaan harus membenahi diri terutama pada manajemen piutang dan utang usaha. Hari rata-rata piutang ALDO adalah 76 hari sementara hari rata-rata utang ALDO mencapai 65 hari. Hal ini membuat ALDO memiliki potensi kas yang tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.


Pergerakan saham ALDO