Monday, July 15, 2013

Wijaya Karya Tetap Memimpin BUMN Infrastruktur

Wijaya Karya, Tbk (WIKA)  masih tetap memimpin di antara BUMN infrastruktur yang sahamnya telah dimiliki publik, baik dari segi pertumbuhan maupun kinerja keuangan. Sampai dengan semester I-2013, PTPP dan WIKA telah mengantongi kontrak baru Rp 9,5T dan Rp 9T, sementara Adhi Karya, Tbk (ADHI) dan Waskita Karya, Tbk (WSKT) masing-masing sebesar Rp 4,5T dan Rp 4,7T.

PT PP telah mentargetkan angka Rp 19,7T untuk kontrak baru tahun ini yang berarti sudah tercapai 48%. Beberapa proyek besar yang telah diraih antara lain proyek Pelabuhan Krakatau Bandar Samudra-Cilegon, Jalan Tol Cikampek-Palimanan, Tunjungan Plaza V Surabaya, Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta Cengkareng, rel kereta api di daerah Sumatra Selatan, serta proyek EPC PLTGU Tanjung Uncang 120 MW. Dari luar negeri PTPP telah mendapatkan kontrak baru untuk Gleno Road di Tibar Timor Leste sebesar Rp264 miliar.

Pada semester I, WIKA memperoleh beberapa kontrak cukup besar berupa EPC pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) 200MW di Aceh dan proyek perluasan gedung terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. WIKA optimis sampai akhir tahun 2013, target kontrak baru sebesar Rp 20,76 T akan tercapai.

Sementara kontrak baru ADHI berasal dari tambahan pembangunan aprol terminal Soekarno Hatta senilai Rp473 miliar dan pembangunan pabrik CPO di Sumatra Utara sebesar Rp116 miliar. ADHI menargetkan kontrak baru sebesar Rp14,4 triliun pada 2013.

Pemain terbaru BUMN Infrastruktur, Waskita Karya, telah mentargetkan kontrak baru tahun 2013 mencapai Rp 17T. Artinya WSKT sampai tengah tahun baru dapat memperoleh kurang dari 30% target tersebut.

Baik dari sisi omset, aset, hasil usaha, WIKA masih menjadi pemimpin di antara saham-saham BUMN infrastruktur. Beberapa point positif yang didapatkan oleh WIKA adalah sebagai berikut:
Komparasi Kinerja BUMN Infrastruktur 1Q 2013 - kecuali perolehan kontrak baru
1. Aset WIKA terbesar dan paling produktif. Aset WIKA pada akhir Maret 2013 tercatat Rp 11,4T, sementara PTPP, ADHI dan WSKT tercatat Rp 9,3T, Rp 5,92T dan Rp 6,94T. Perputaran aset WIKA yang mencerminkan produktivitas asetnya sama dengan ADHI, yaitu 0,92x dan lebih tinggi daripada WSKT dan PTPP.

2. WIKA mampu membukukan kinerja profitabilitas yang lebih tinggi dari kedua peersnya, tercermin dari marjin serta ROE.

3. Kemampuan WIKA untuk membayar bunga jauh lebih tinggi daripada peersnya, walaupun rasio utang terhadap ekuitasnya lebih tinggi dibandingkan WSKT yang baru saja IPO.

4. Rata-rata hari piutang dan utang usaha WIKA adalah yang paling cepat, menunjukkan manajemen arus kas yang baik dibandingkan peersnya.

Terlepas dari rata-rata industrinya yang memang mahal, PER dan PBV WIKA sudah menunjukkan angka lebih tinggi daripada rata-rata IHSG, yaitu 20,50x dan 4,19x. Karenanya investor sebaiknya sedikit menahan diri dalam mengumpulkan saham-saham BUMN infrastruktur ini. Walaupun demikian, WIKA tetap mendapat rekomendasi BUY untuk jangka panjang.

Pergerakan saham BUMN Infrastrutur Positif