Thursday, June 5, 2014

Diakuisisi Telkom, Ekspansi Tiphone Bisa Makin Laju

Jakarta, 6 Juni 2014 - BUMN telekomunikasi, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk, (TLKM)  dikabarkan akan mengakuisisi perusahaan distributor ritel alat telekomunikasi PT TiPhone Mobile Indonesia, Tbk (TELE) dengan pembelian  25% saham. Rencana akuisisi ini akan menguntungkan investor Tiphone, ketimbang investor Telkom.

Rencananya, akuisisi ini akan dilakukan melalui anak usaha Telkom yaitu Premises Integration Service (PINS) yang juga merupakan produsen ponsel lokal dan peralatan jaringan. Saat ini produksi ponsel oleh PINS masih berskala kecil dibandingkan industri perakitan ponsel. Dengan akuisisi ini, diharapkan aset Telkom akan bertambah dan dapat memanfaatkan jaringan ritel Tiphone untuk memasarkan peralatan yang diproduksi dan dijual PINS.

Menurut riset Danareksa Sekuritas, pembelian ini tidak akan berpengaruh signifikan terhadap Telkom. Dengan harga pasar sekarang, Telkom harus membayar Rp 1,15 triliun dengan ekspektasi pertambahan laba bersih hanya sebesar Rp 61 miliar atau hanya menambah kurang dari 1% dari laba per saham.

Analisis ASCEND pun menunjukkan hal itu. Jika rencana akuisisi ini terwujud, ASCEND melihat dalam jangka pendek belum tentu akan mendorong pertumbuhan anorganik Telkom karena aset Tiphone hanya sebesar Rp 4,17 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 242,84 miliar, atau jauh jika dibandingkan dengan Telkom yang tercatat memiliki aset sebesar Rp 130,47 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 14,60 triliun (disetahunkan).

Namun jika sinergi terjadi, dalam jangka panjang, Tiphone bergerak dalam segmen ritel dan konsumer yang belum dimiliki Telkom , akan mendorong akan mampu mendorong pertumbuhan segmen lain dari Telkom terutama lewat anak usaha Telkomsel.

Selain itu, pendapatan Telkomsel berpeluang meningkat lewat penjualan bundling paket data atau paket telekomunikasi lainnya dengan jaringan distributor ritel yang dimiliki Tiphone yang sebagai salah satu distributor ponsel merek Apple dan merek Samsung untuk Jabodetabek dan Tiphone juga dikenal sebagai produsen ponsel kelas menengah kebawah TiPhone yang memiliki pangsa pasar yang besar.

Sebaliknya dari sisi Tiphone, ASCEND melihat bahwa masuknya partner bisnis yang merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia ini dapat membantu mengembangkan jaringan bisnisnya dan dapat memenuhi kekuatan pendanaan untuk ekspansi.

Kinerja Fundamental Telkom
Sementara itu, Telkom dalam kinerjanya pada kuartal pertama 2014 ini, hanya membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 8,71% menjadi sebesar Rp 21,25 triliun dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 4,95% menjadi sebesar Rp 3,65 triiun.

Pertumbuhan pendapatan dan usaha yang rendah ini menunjukkan Telkom dari sisi siklus bisnis berada dalam kondisi maturity sehingga tidak mampu tumbuh signifikan kecuali dengan  pertumbuhan anorganik.

Kinerja Fundamental Tiphone
Selama kuartal pertama, Tiphone membukukan pertumbuhan pendapatan hingga 51,68% menjadi sebesar Rp 3 triliun dengan pertumbuhan laba bersih tercatat sebesar 17,07% atau sebesar Rp 61 miliar.

Dalam siklus sebuah perusahaan, dengan pertumbuhan pendapatan yang tinggi dan pertumbuhan laba yang relatif besar menunjukkan bahwa Tiphone masih dalam fase pertumbuhan.

Tercatat sejak perusahaan ini didirikan yanitu tahun 2008 lalu atau 6 tahun yang lalu Tiphone membukukan laba ditahan lebih dari 40% atau Rp 601 miliar dari nilai ekuitasnya  sebesar Rp 1,47 triliun dan masih kemungkinan bertambah seiring pertumbuhan laba bersih.

Namun, secara fundamental, segmen usaha perdagangan alat telekomunikasi ritel oleh Tiphone hanya mencatatkan marjin yang kecil. Tercatat marjin laba kotor hanya sebesar 5%, sementara marjin laba bersih sebesar 2,02% dengan perputaran aset mencapai 2,88 kali.


Selain itu, rasio hutang Tiphone sangat tinggi sebesar 1,14 kali  yang menunjukkan dalam aktivitas bisnisnya lebih banyak dibiayai melalui hutang. Dengan akuisisi oleh Telkom yang memiliki kekuatan pendanaan besar, ekspansi Tiphone ke depannya bisa makin lancar.