Wednesday, November 13, 2013

Industri Kemasan Tahun 2014 Akan Mencapai Omset Rp 62 Triliun, AFN Rekomendasikan Berlina



Jakarta, 14 November 2013 – Pemilu tahun 2014 diekspektasi akan mendorong omzet industri kemasan sampai Rp 62 triliun atau tumbuh 10% dibandingkan tahun ini, menurut Federasi Pengemasan Indonesia. Pertumbuhan ini paling akan dirasakan pada makanan dan minuman olahan. Sekarang saja kebutuhan kemasan air mineral dan susu semakin tinggi.

Tahun ini, dua emiten kemasan plastik yaitu PT Berlina, Tbk (BRNA) dan PT Champion Pacific Indonesia, Tbk (IGAR) membukukan pertumbuhan pendapatan rata-rata 14,5% namun laba bersihnya turun 14 – 20% karena pelemahan nilai tukar rupiah.

Depresiasi rupiah membuat ongkos produksi membengkak karena sebanyak 60% bahan baku masih diimpor, terutama dari Timur Tengah. Mesin produksi juga masih diimpor karena industri mesin dalam negeri belum sanggup memproduksi. Impor mesin produksi kebanyakan dari negara-negara Eropa seperti Jerman dan Italia.

Berlina terutama memproduksi kemasan plastik untuk botol air minum, pasta gigi, sabun cuci dan sebagainya. Sementara Champion Pacific lebih banyak memproduksi kemasan untuk produk makanan dan produk non farmasi dari perusahaan non farmasi. Keduanya berada di pasar yang bertumbuh, karenanya mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi daripada pertumbuhan industri yang tahun ini hanya di sekitar 8%.

AFN lebih menyukai Berlina daripada Champion Pacific karena beberapa alasan yaitu:
1.    Posisi kas dan arus kas dari aktivitas operasional lebih tinggi. Kas per saham Berlina adalah Rp 55/ saham atau sekitar 11% dari harga saham sekarang. Sementara kas per saham Champion hanya Rp 8,7/ saham atau sekitar 2,8% dari harga sahamnya. Di tengah masa pengetatan likuiditas dari perbankan, posisi kas menjadi faktor yang penting;

2.    Kinerja laba usaha Berlina lebih tinggi daripada kinerja Champion, yaitu 10,1% dibandingkan 8,7%. Demikian pula dengan ROE-nya di mana Berlina mencatat 13,5%, sementara Champion 11%;

3.    Marjin laba sebelum pajak Berlina memang lebih kecil dibandingkan Champion. Hal ini disebabkan oleh faktor leverage, di mana Berlina menggunakan utang jangka panjang sekitar sepertiga dari ekuitasnya dan Champion tidak sama sekali. Tetapi rasio utang dan kemampuan membayar Berlina masih jauh di atas batas minimal kemampuan

4.    Laba bersih Berlina kira-kira 13% dari harga sahamnya, sementara laba bersih Champion hanya 8%.

Walaupun demikian AFN melihat bahwa kedua saham ini sebaiknya hanya dimasuki oleh investor-investor dengan horison investasi jangka panjang karena likuiditas perdagangan sahamnya yang sangat rendah. Jumlah saham beredar yang memang tidak besar di pasar turut menekan kinerja likuiditas ini.