Wednesday, August 13, 2014

Siloam Loncat ke Rp 15.000, Harga yang Terlalu Tinggi menurut ASCEND

Jakarta, 14 Agustus 2014 – PT Siloam International Hospitals, Tbk (SILO) meloncat 7,14% atau Rp 1.000 ke Rp 15.000 pada pembukaan pasar. Kenaikan ini merupakan kelanjutan dari kenaikan sebelumnya setelah sempat tertekan sampai ke Rp 14.000 dalam 1 hari kemarin. Harga itu terlalu tinggi, menurut analisis ASCEND. Harga wajarnya hanya di sekitar Rp 2.900.

Kemarin (13/8) harga saham Siloam bergerak anomali dengan likuiditas rendah. Dibuka pada harga Rp 15.050, dan ditutup di harga Rp 14.000 atau turun 7%. Hari ini (14/8) SILO dibuka langsung loncat ke Rp 15.000 untuk menutup pergerakan anomali kemarin dan melanjutkan penguatannya sejak awal tahun dari Rp 9.500.

Di semester pertama ini, Siloam mencatatkan pertumbuhan pendapatan 31% menjadi Rp 1,57 triliun dengan pertumbuhan laba bersih 156% menjadi Rp 44,56 miliar. Laba bersih ini mencerminkan laba bersih persaham Rp 38,54/ saham atau rasio harga per laba bersih (PER) sebesar 194,6 kali.

Dengan rasio per nilai buku (PBV) lebih dari 10 kali, harga Siloam ini termasuk sangat tinggi. Harganya yang wajar adalah di sekitar  Rp 2.900 yang mencerminkan PER 37 kali atau PBV 2 kali. Rasio PBV 2 kali cukup baik bila dibandingkan dengan kompetitornya di bidang perumahsakitan, PT Sejahteraraya Anugrahjaya, Tbk (SRAJ) yang mencatatkan PBV 1,6 kali namun mengalami kerugian.

Sebelumnya Siloam menyatakan akan mengejar pembangunan tiga rumah sakit di sisa tahun ini. Setelah beberapa waktu tertunda, Siloam memastikan akan membuka tiga rumah sakit baru di Medan, Kupang, dan Yogyakarta pada kuartal IV-2014 mendatang.

Sekretaris Perusahaan SILO, Budi Suharto mengatakan, sebenarnya ketiga rumah sakit itu
direncanakan dibuka pada kuartal II lalu, namun pembangunannya mesti mundur. "Tetapi
sekarang sudah hampir selesai dan dipastikan bisa beroperasi pada akhir tahun," jelasnya.


Sementara itu Siloam juga sedang membidik pertumbuhan lewat jalur anorganik, yaitu akuisisi rumah sakit lain. Hal ini dimungkinkan melihat kas Siloam yang cukup tinggi dan rasio solvabilitas yang masih rendah.

Saham PT Siloam International Hospitals, Tbk (SILO

Modern Internasional Tumbuh Didorong 7-Eleven

Jakarta, 13 Agustus 2014 – PT Modern Internasional, Tbk (MDRN) mencatatkan kenaikan pendapatan 17%, namun penurunan laba bersih 12%. Kenaikan pendapatan didorong oleh Gerai waralaba 7-Eleven.

Pendapatan dari gerai waralaba 7-Eleven (Sevel), yang dikelola oleh PT Modern Putra Indonesia, anak usaha Modern Internasional,  tercatat Rp 778,18 miliar selama 6 bulan pada 2014atau naik 53,3% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Gerai Sevel menyumbang 61% dari total pendapatan Modern Internasional dengan jumlah gerai sekitar 160 buah. Pada periode yang sama tahun 2013, kontribusi Sevel hanya 50%.

Kinerja profitabilitas Modern Internasional juga terlihat membaik. Marjin laba kotor dari sebelumnya di bawah 40% kini 40,3% dengan imbal hasil atas ekuitas (ROE) 6%. Pasar juga cukup mengapresiasi kinerja emiten ini dengan memberikan rasio harga terhadap laba (PER) sebesar 43 kali dan rasio harga terhadap nilai buku (PBV) sebesar 2,56 kali.

Namun Modern harus lebih waspada terhadap pengelolaan arus kasnya. Dengan arus kas investasi yang besar, Modern harus mengelola supaya arus kas operasionalnya pun dapat mengejar. 



Sebelumnya Pengelola gerai 7-Eleven telah menyatakan tak berniat lakukan ekspansi ke kota-kota di luar Jakarta. PT Modern Sevel Indonesia sampai akhir tahun ini hanya ingin menambah gerai baru di wilayah Jakarta. Selain itu Sevel menjajaki  penjualan tiket maskapai-maskapai penerbangan di Indonesia. Hal ini sebagai upaya menambah jumlah mitra penjual (merchant) untuk meningkatkan penjualan services.

Strategi Modern Internasional lainnya di awal tahun untuk mempertahankan bisnisnya secara jangka panjang adalah:
  1. Mengembangkan format gerai baru untuk gerai yang telah beroperasi, dengan cara mengimplementasikan program-program baru dari makanan dan minuman segar.
  2. Memperkenalkan layanan-layanan yang bisa menambah kenyamanan konsumen, termasuk layanan digital kios, seperti pembelian tiket konser, pembayaran kartu telepon, tiket kereta api listrik dan pesawat serta pembayaran lainnya. Kemudian juga membuka layanan kerjasama dengan GOJEK, untuk melayani sistem delivery order. Ini juga jadi kesatuan dengan layanan CSR perseroan untuk memberdayakan tukang ojek. Kemudian layanan pemesanan taksi yang sudah dikerjasamakan dengan Blue Bird.
  3. Ekspansi dengan membuka gerai baru dengan format gerai lebih kecil yang membidik areal baru, termasuk di lokasi stasiun kereta api, apartemen dan mall atau pusat perbelanjaan.
  4. Melakukan kerjasama dengan JV dengan Warabeya Nichiko Co Ltd Japan dalam pengembangan keahlian untuk mengembangkan menu makanan segar, penambahan variasi, peningkatan kualitas dan memperbaiki kemasan.
  5. Fokus membangun fasilitas infrastruktur gudang dan pabrik makanan yang menunjang keberadaan dan pengembangan gerai 7-Eleven.
  6. Mengembangkan training center dan fasilitas lainnya yang mendukung rekrut karyawan serta dan pelatihan karyawan secara berkala.
  7. Melakukan pemasaran yang intensif melalui berbagai kegiatan promosi untuk meningkatkan jumlah gerai 7-Eleven di Indonesia.