Wednesday, September 25, 2013

Pendapatan Borneo Nyaris Tidak Ada di Kuartal Kedua 2013

Jakarta, 26 September 2013 - PT Borneo Lumbung Energi Tbk (BORN) menerbitkan laporan keuangannya pada hari ini, terlambat dan tidak diaudit, dan melaporkan pendapatan sebesar US$153.5juta. Angka tersebut turun lebih dari 52% dibandingkan periode yang sama tahun 2012. Bulan April - Juni, pendapatan hanya tercatat US$14,89 juta, padahal Januari - Maret pendapatan Borneo masih US$ 138,61 juta.

Turunnya pendapatan tersebut dikarenakan penurunan ekspor yang sangat signifikan, mengingat bahwa Borneo tidak memiliki pasar domestik. Seluruh penjualan ekspor Borneo dilakukan kepada Noble Resources International, trader komoditi internasional

Sebelumnya penjualan di pasar domestik tidak ada, namun di tahun ini, Borneo mulai menjual batubaranya pada pasar lokal walaupun kontribusinya masih sangat kecil, yaitu 1,4% dari total pendapatan.


Sementara itu Borneo  juga mengalami rugi bersih sebesar US$ 111,05 juta akibat besarnya beban pokok pendapatan karena naiknya beban overburden dan processing batubara dan biaya logistik.

Di sisi biaya pendanaan, terdapat biaya lainnya yang naik signifikan menjadi US$17,44 juta dari sebelumnya hanya US$1,75 juta, serta biaya bank sebesar US$ 2,71 juta yang sebelumnya tidak ada. Kenaikan biaya ini disebabkan oleh sulitnya pembayaran biaya-biaya operasional yang naik tanpa disertai kenaikan pendapatan yang seimbang.

Namun demikian, Borneo masih tetap dapat mempertahankan arus kas positif dari aktivitas operasionalnya. Apalagi rasio PBV Borneo masih 1,64x, tergolong kecil untuk perusahaan batubara walaupun dalam keadaan seperti ini sekalipun.


Bakrieland Boleh Tenang Sementara

Jakarta, 26 September 2013 - PT Bakrieland Development, Tbk (ELTY) yang baru-baru saja dimohonkan pailit oleh wakil krediturnya, The New York Bank Mellon cabang London terkait dengan opsi put pada equity-linked bonds-nya, boleh bernapas lega sebentar. Permohonan PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) sudah resmi ditolak oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

Untuk sementara waktu Bakrieland dapat beroperasi normal sambil meneruskan proses restrukturisasi utangnya. Akan tetapi para kreditur Bakrieland mengatakan bahwa mereka akan melanjutkan prodesur hukum untuk mendapatkan hasil terbaik dari kasus ini, kendati telah mendapat penolakan pengadilan.

Sebelumnya, 20 Maret 2013 lalu, pemegang obligasi ELTY melaksanakan hak put option (hak untuk menagih pokok pinjaman equity-linked bonds ELTY sebelum jangka waktu obligasi berakhir) dengan jumlah mencapai US$ 151 juta atau setara dengan 97,4% dari jumlah obligasi yang diterbitkan.

Beberapa skenario restrukturisasi yang ditawarkan ELTY di antaranya memberikan jaminan aset berupa tanah seluas 500 ha di Bogor atau di Sentul senilai US$ 160 juta. Tapi restrukturisasi berjalan lambat dan tidak mencapai keputusan yang dinilai wajar oleh kedua pihak, sehingga muncul permohonan PKPU.


Dengan penolakan ini, maka saham ELTY diharapkan akan segera dapat dilepaskan suspensinya dan Bakrieland dapat beroperasi lagi secara normal. Akan tetapi kekuatiran masih tetap menggantung: apakah Bakrieland punya strategi untuk keluar dari jeratan utang ini dan muncul sebagai pemenang?

Tjiwi Kimia Ekspansif dan Terdiskon

Jakarta, 25 September 2013 - PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), milik Sinarmas Group, mulai terlihat ekspansif dengan pembelian 35,29% kepemilikan PT Oki Pulp & Paper Mills senilai Rp 300 miliar atau US$ 30 juta. Kini, saham tersebut dijaminkan untuk mendapatkan pinjaman senilai sama dari China Development Bank untuk pembangunan pabrik pulp terbesar di Indonesia bahkan Asia.

Pembelian OKI  Pulp pada tanggal 11 Juli ini adalah untuk melengkapi lini produk Tjiwi Kimia untuk kertas dan tisu. Sebelumnya diberitakan bahwa pada awal Februari 2013 OKI  Pulp akan membangun pabrik pulp terbesar di Indonesia, berkapasitas 2,6 juta ton  kertas dan 500 ribu ton tisu per tahun, akan dibangun, Investor dari Hongkong dikabarkan akan menginvestasikan dana sebesar Rp 27 triliun. Dari lahan 350 ribu hektar HTI di OKI  saat ini, 2800 ha disediakan untuk operasional pabrik, 1500 ha akan menjadi lahan pabrik sisanya akan menjadi ruang terbuka hijau 3%,  infrastruktur 5%, dan prasarana umum 5%.

Kepemilikan atas saham tersebut dibuat agunan untuk meminjam dengan jumlah yang sama dari CDB. Dana pinjaman akan digunakan untuk melanjutkan pembangunan pabrik itu.  Untuk pembangunan pabrik tersebut PT OKI menargetkan investasi  mencapai US$3 milyar dimana produksi komersial pulp dan tissue direncanakan pada kuartal kedua tahun 2016.

Tahun ini, Tjiwi Kimia telah menganggarkan capex US$ 140-150 juta yang akan diperoleh dari kas internal dan pinjaman untuk menambah pabrik dan pembangkit listrik. Tjiwi Kimia berencana membangun pembangkit listrik berkapasitas 90MW dengan investasi US$100 juta, sehingga total kapasitas yang dimiliki akan menjadi 140MW. Selain itu Tjiwi Kimia juga menganggarkan US$ 40-50 juta untuk perbaikan mesin. Posisi kas Tjiwi Kimia sampai 30 Juni 2013 adalah US$ 57.53 juta.

Saat ini Tjiwi Kimia telah mencatatkan kinerja pendapatan yang stabil, serta arus kas yang positif, walaupun sempat negatif di semester I 2013 karena penerimaan kas dari pelanggan yang lebih kecil daripada pembayaran kepada pemasok, yang disebabkan oleh pelemahan Rupiah.

Dengan kinerja yang stabil dan potensi pertumbuhan yang besar setelah pembangunan pabrik jadi, maka harga kini TKIM sangat menarik. Price to earnings saat ini hanya 6,3x dengan Price to book value 0,3x. Namun struktur utang yang cukup besar dalam mata uang Rupiah akan memberikan risiko nilai tukar tersendiri yang kurang menguntungkan bagi perusahaan yang pelaporannya menggunakan dolar ini.