Tuesday, September 16, 2014

Akuisisi Citra Lautan, Wika Beton Mantapkan Posisi Pemimpin Pasar

Jakarta, 17 September 2014 – PT Wijaya Karya Beton, Tbk (WTON) mengakuisisi 90% saham PT Citra Lautan Teduh, perusahaan beton di Batam, Kepulauan Riau, dan  sisanya, 10% saham, diambil oleh PT Wijaya Karya (Persero), Tbk (WIKA). Total nilai akuisisi US$ 23,5 juta atau sekitar Rp 274,95 miliar. ASCEND mengapresiasi transaksi ini seiring dengan kemampuannya untuk memperkuat posisi Wika Beton pemimpin pasar beton.

Citra Lautan memiliki kapasitas terpasang sebanyak 100 ribu ton per tahun yang terdiri atas produk tiang pancang dan pracetak beton lainnya. Mulai beroperasi tahun 1994, Citra Lautan menjual prduknya di batam dan sekitarnya, termasuk Singapura, Johor (Malaysia), dan Brunei Darussalam.

Pelanggan Citra Lautan termasuk Exxon Chemical, Kementerian Pembangunan Brunei, PT Citra Tubindo, Tbk, PT Pertamina, PT Riau Andalan Pulp & Paper dan PT Pelindo. Dengan pabrik di tepi pantai dan dilengkapi dengan dermaga sendiri, biaya produksi dan distribusi produk menjadi relatif murah.

Proses akuisisi ini telah rampung pada 10 September 2014 antara Wika Beton dan Wika dengan perusahaan Korea serta mitra lokalnya.

Wika Beton masih memiliki kas internal sebesar Rp 1,13 triliun sampai akhir Juni lalu hasil dari penawaran perdana sahamnya. Nilai Rp 247,46 miliar yang merupakan porsi Wika Beton dapat dibayarkan perusahaan dengan kas tersebut mengingat memang penawaran perdananya sebagian besar adalah untuk ekspansi.

Rencana penggunaan dana hasil IPO Wika Beton termasuk pembangunan pabrik baru sebesar Rp 398,98 miliar yang baru terpakai Rp 38,96 miliar di akhir Juni. Artinya masih ada sisa Rp 360,02 miliar yang dapat digunakan untuk membiayai akuisisi ini.

Wika Beton paska IPO-nya langsung mencatatkan pertumbuhan laba bersih 26% menjadi Rp 172,41 miliar didorong oleh pertumbuhan pendapatan 13% menjadi sebesar Rp 1,68 triliun. Nilai pendapatan tersebut secara 40% dari target tahun 2014 yaitu sebesar Rp 4,2 triliun.

Beberapa kontrak baru yang didapatkan sampai tengah tahun termasuk untuk proyek tol Kualanamu di Sumatera Utara, proyek infrastruktur migas di Kalimantan, pabrik Astra Honda Motor di Jawa Barat, serta tol Cikampek-Palimanan. Total order book sampai Juni 2014 mencapai Rp 2,9 triliun termasuk carry over tahun lalu sebesar Rp 1,6 triliun.

Sebelumnya, Wika Beton melakukan groundbreaking untuk pabrik kesepuluhnya di Lampung Selatan dengan kapasitas 700.000 ton per tahun. Nilai investasi diperkirakan mencapai Rp 350 miliar dan akan menjadi pabrik terbesar yang dimiliki oleh Wika Beton. Total dana Rp350 miliar akan
digunakan untuk peralatan dan pemancangan sebesar Rp80 miliar, pembangunan pabrik
dengan dua jalur produksi tiang pancang cylinder pile sekitar Rp230 miliar dan sisanya Rp40 miliar
untuk pembangunan dermaga yang berdekatan dengan pabrik produksi beton.


Dengan penambahan pabrik kesepuluh serta akuisisi Citra Lautan, maka kapasitas Wika Beton akan mencapai 2,8 juta ton per tahun.

 

Bank Mutiara Mantap di Tangan J Trust

Jakarta, 16 September 2014 – PT Bank Mutiara, Tbk (BCIC) akhirnya ditetapkan akan diambil oleh J-Trust, Co.Ltd, sebuah perusahaan publik yang sahamnya tercatat di Tokyo Stock Exchange (TSE). Dengan kerjasama strategis yang diharapkan dapat dilakukan bersama dengan J-Trust, Bank Mutiara diharapkan akan mampu untuk berkontribusi kepada perbankan Indonesia dengan positif.

J-Trust adalah perusahaan yang memiliki total aset sekitar 334 miliar yen atau sekitar Rp 37,24 triliun. Sekitar 62% dari pendapatannya berasal dari bisnis finansial terutama retail finansial, baik dari Jepang maupun Asia. Beberapa bisnis retail finansial yang digeluti perusahaan ini termasuk pinjaman untuk konsumen, pembiayaan konsumen, dan kartu kredit. J-Trust juga memiliki bisnis taman hiburan.

Selama 2 tahun terakhir, J-Trust terkenal agresif di dalam ekspansinya. Baru-baru saja J-Trust mengakuisisi perusahaan finansial di Korea Selatan dan kemudian melalui anak usahanya itu membeli savings bank dan dua lembaga kredit.

Dikabarkan harga jual Bank Mutiara mencapai 3-4 kali PBV, harga yang cukup baik mengingatnya besarnya potensi konflik kepentingan dan risiko hukum maupun politik yang dihadapi oleh investor baru. Bandingkan dengan DBS yang hanya menawar Bank Danamon, yaitu bank keempat terbesar di Indonesia dan brand equity baik, dengan PBV 2,2 kali. Bank Agro, yang walaupun kecil tapi tidak dihantui oleh isu politik, ditawar oleh Bank BRI 1,3 kali.

Pun kabarnya Bank BRI hanya menyiapkan dana Rp 3 triliun atau sekitar 2 kali PBV untuk akuisisi Bank Mutiara. Padahal Bank BRI memiliki opsi-opsi lain dalam akuisisi selain penyerahan dana kas, misalnya pembayaran dengan obligasi rekap.

Harga jual yang cukup baik ini berimbang dengan potensi pengembangan Bank Mutiara setelah dikendalikan sebesar 99,9% selama 20 tahun, privilese khusus dari Bank Indonesia bagi pembeli eks Bank Century ini.

Di tengah industri perbankan yang makin kompetitif dan konsolidatif ini, bank-bank kecil dimerger menjadi bank-bank besar, dan bank-bank besar bertanding untuk mendapatkan dana pihak ketiga, maka akuisisi Bank Mutiara oleh lembaga finansial internasional akan meningkatkan kapabilitasnya.


Untuk memperkuat Bank Mutiara, maka ASCEND berharap J-Trust dapat membuat kerjasama strategis antara Bank Mutiara dengan anak-anak usaha dari J-Trust, seperti alih kompetensi untuk manajemen kartu kredit sehingga Bank Mutiara memiliki bisnis kartu kredit yang besar atau penyaluran dana pihak ketiga dari savings bank di Jepang dan Korea Selatan kepada konsumen-konsumen di Indonesia.