Thursday, December 18, 2014

Pemerintah Dorong Infrastruktur, Saham Infrastruktur Naik

Jakarta, 19 Desember 2014 – Industri konstruksi infrastruktur serta industri terkait akan meraup banyak potensi pendapatan, khususnya dengan fokus dan niat pemerintah Jokowi yang sangat kuat untuk memperkuat segi infrastruktur. PT Wijaya Karya (Persero), Tbk (WIKA), PT PP (Persero), Tbk (PTPP) dan PT Acset Indonusa, Tbk (ACST) naik tinggi dalam 3 hari ini.

Perspektif infrastruktur yang dianut oleh pemerintah baru memberikan arahan bagi rencana jangka panjang infrastruktur yang pada saat ini akan menjadi sentiment positif bagi perusahaan-perusahaan pembangun infrastruktur. Secara umum, pemerintahan baru ingin menyiapkan infrastruktur yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian jangka panjang, termasuk kawasan industri baru, transportasi terintegrasi, pembangunan daerah-daerah tertinggal.

Hal ini nyata di dalam pernyataan-pernyataan yang paling singkat sekalipun. Menteri Perhubungan, Ignatius Jonan, misalnya yang menegur Angkasa Pura II karena hanya membangun ekstension dari bandara yang cukup untuk beberapa tahun saja. Bandara harus dibangun untuk jangka waktu 25 tahun, katanya. Ini adalah perspektif yang akan membuat banyak proyek infrastruktur dimulai dan diselesaikan dalam tahun-tahun ini.

Selain itu, Kementerian Pembangunan Umum menyiapkan dana Rp 10 triliun untuk sektor perumahan di 2015 yang bersumber dari berbagai program dan lembaga lain di luar Kementerian, termasuk APBN Kementerian Keuangan, APBN Kementerian PU, dan dana kelolaan lembaga sosial Negara yang dialokasikan untuk bantuan perumahan.

Kedua, Presiden Joko Widodo berjanji akan memulai kajian pembangunan rel kereta api di Papua pada 2015 dan diharapkan rampung dalam 6 bulan dan segera dilanjutkan dengan pembangunannya pada semester II-2015. Pembangunan rel kereta api ini akan mempermudah logistik di Papua yang pada gilirannya akan menekan tingginya harga-harga barang kebutuhan di Papua dan meningkatkan produktivitas ekonomi daerah tersebut.

Paralel dengan itu, Presiden juga menyatakan akan mulai melaksanakan pembangunan jalan lintas Sumatera.

Ketiga, pembangunan di daerah-daerah perbatasan akan diserahkan kepada 4 kementerian. Ini akan membuat penggunaan anggaran Rp 16 triliun lebih efektif dan termonitor dengan baik. Keempat kementerian itu adalah Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertahanan, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Keempat, Kementerian PU telah meminjam anggaran Asian Development Bank (ADB) sebesar USD 250 juta untuk paket pembentukan Core Team Consultants (CTC) Regional Roads Development Project (RRDP). RDPP bertujuan untuk membangun jalan di empat propinsi yaitu 470 km di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.


Menanggapi ini, beberapa saham konstruksi infrastruktur, seperti WIKA, PTPP, dan ACST sudah naik signifikan walaupun adapula risiko Rupiah yang melemah dan mengakibatkan tingginya biaya bahan baku pembangunan. 

ACST: Pergerakan Saham

PTPP: Pergerakan Saham

WIKA: Pergerakan Saham

Tema Pekan Ini: Pergerakan Rupiah

Jakarta, 19 Desember 2014 – Rupiah sempat terpuruk hingga mendekati Rp 13.000, sementara level nyaman Bank Indonesia adalah Rp 11.900 – 12.300. Indeks Harga Saham Gabungan sempat turun dan menyentuh level psikologis 5.000 sebelum kemarin melesat kembali karena penguatan Rupiah serta pernyataan positif dari the Fed.

Beberapa sektor yang terkena dampak terbesar sektor industri dasar dan pertambangan, walaupun sektor pertambangan juga terkena dampak ganda akibat penurunan harga minyak menjadi USD 55/ barel. Sementara sektor-sektor yang pada hari ini mampu melampaui level 1 Desember, yaitu ketika Rupiah melewati batas atas Rp 12.300,  hanya sektor property, industri aneka, serta infrastruktur.

Pelemahan Rupiah ini, walaupun telah diantisipasi, namun secara tak terduga terjadi secara cepat ketika menuju akhir tahun. Hal ini terkait dengan apa yang terjadi di Rusia, yaitu krisis politik terkait perlawananan terhadap Ukraina.

Bank Indonesia merasa nyaman dengan level Rp 11.900 – 12.300. Untuk itu Bank Indonesia menyatakan beberapa strategi: (1) current account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan berada pada level yang suistanable yang bisa dibiayai oleh pendanaan; (2) inflasi terkendali, dimana kenaikan BBM direspon dengan kenaikan suku bunga 25 bps; (3) pengelolaan utang luar negeri swasta agar tidak berimbas ke makro ekonomi.

Bank Indonesia mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Oktober 2014 sudah cukup terkelola, yaitu tumbuh 10,7% (year-on-year)-  Sedikit lebih melambat dibandingkan dengan pertumbuhan September 2014 sebesar 11,2% (yoy).

Sementara itu Pemerintah mengubah asumsi rupiah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015 yang akan dibawa ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada awal tahun depan. Asumsi rupiah akan ditaruh di atas level Rp 12.000, naik dari sebelumnya Rp 11.900.  

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan rupiah yang dinaikkan dalam anggaran tidak akan membuat defisit besar. Defisit masih tetap bisa mengarah ke level 2% dari pendapatan domestik bruto (PDB). Kenaikan Rupiah hanya akan membuat kenaikan bunga cicilan.

ASCEND merekomendasikan beberapa tips pemilihan saham di tengah pelemahan Rupiah:
  1. Mencari saham-saham yang tidak memiliki, atau hanya sedikit memiliki utang bervaluta asing. Makin tinggi level exposure terhadap utang luar negeri, maka pelemahan Rupiah akan makin menekan kinerja laba dan arus kas perusahaan;
  2. Mencari saham-saham yang memiliki natural hedging, yaitu di mana arus kas masuk berdenominasi sama dengan arus kas keluar. Apabila utang luar negerinya besar, namun pendapatannya pun dengan mata uang asing yang sama, hal ini berarti perusahaan tersebut telah menghilangkan risiko kursnya;
  3. Mencari saham-saham dengan basis pendapatan domestik yang besar serta tidak memiliki biaya-biaya impor misalnya property dan infrastruktur. Dengan alasan itu pula kedua sektor ini termasuk yang rebound tercepat pada hari ini.