Thursday, November 6, 2014

Kain Mendorong Pendapatan Sri Rejeki Tumbuh 38%

Jakarta, 7 November 2014 – PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) mencatatkan pertumbuhan pendapatan 38% menjadi Rp 4,81 triliun. Kenaikan pertumbuhan terutama didorong oleh pertumbuhan kain mentah dan kain jadi yang masing-masing tumbuh 43% dan 33%.

Perusahaan tekstil yang memproduksi berbagai jenis tekstil termasuk untuk militer ini hanya mencatat laba bersih 6% dikarenakan peningkatan beban keuangan yang cukup tinggi, 59% menjadi Rp 226,28 miliar.

Pendapatan perusahaan naik 38% menjadi Rp 4,81 triliun dibandingkan tahun lalu Rp 3,5 triliun. Angka ini bahkan lebih tinggi dari perolehan setahun penuh di tahun 2013, yaitu Rp 4,71 triliun. Perusahaan menjual kain jadi, benang, pakaian jadi dan kain mentah baik ke Negara lain maupun ke pasar sendiri. Ekspor perusahaan mencapai Rp 2,72 triliun atau 53% dari total penjualan, sementara sisanya yaitu Rp 2,41 triliun atau 47% dijual di dalam negeri.

Pertumbuhan tertinggi perusahaan berasal dari produk kain mentah yang naik 43% jadi Rp 775,53 miliar dari sebelumnya Rp 542,72 miliar. Akan tetapi kontribusi kain mentah termasuk kecil yaitu hanya sekitar 15% dari total penjualan. Sementara kontributor pertumbuhan kedua adalah kain jadi yang naik 33% jadi Rp 1,6 triliun, dan kontributor ketiga adalah benang yang naik 20% jadi Rp 2,19 miliar. Benang juga merupakan kontributor utama dari Sri Rejeki.

Peningkatan beban keuangan yang menekan laba bersih perusahaan berasal dari peningkatan utang jangka panjang sampai dengan Rp 3,57 triliun dibandingkan akhir tahun 2013 yang hanya Rp 1,04 triliun. Utang jangka panjang tersebut adalah wesel bayar dalam US Dollar dengan bunga 9% dan jatuh tempo pada 2019. Wesel bayar ini akan diperdagangkan di SGX-ST dan memiliki opsi membeli kembali dengan kondisi-kondisi tertentu. 

Hal ini membuat kinerja profitabilitas Sri Rejeki menurun terutama pada marjin laba bersih menjadi 5,5% dari sebelumnya 7,2%. Namun  imbal hasil atas ekuitas melonjak jadi 31,2% dari 13,3% karena peningkatan utang tersebut.

Menurut ASCEND peningkatan utang yang cukup tinggi itu tidak memberikan pengaruh negative yang terlalu besar terhadap kinerja perusahaan. Rasio EBITDA pada beban keuangan masih sangat kuat di 3,16 kali. Namun arus kas perusahaan perlu diwaspadai karena pembayaran kepada pemasok dan kontraktor cukup banyak sehingga menimbulkan arus kas keluar.

Perusahaan sampai dengan 9 bulan ini mencatat arus kas dari aktivitas operasional yang negative, Rp 203,18 miliar keluar dari kantong perusahaan. Untuk investasi, perusahaan juga mengeluarkan Rp 465,07 miliar lebih besar daripada pemasukan dari investasi. Namun karena perusahaan berhasil mendapatkan pendanaan lebih Rp 799,78 miliar, maka kas perusahaan bertambah Rp 130,18 miliar menjadi Rp 204,62 miliar.