Friday, February 14, 2014

Laba Central Omega Naik 2013, Tetapi Tahun 2014 Penuh Ketidakpastian



Jakarta, 14 Februari 2014 – PT Central Omega Resources, Tbk (DKFT) mencatatkan pertumbuhan pendapatan hanya 1,3% dan pertumbuhan laba bersih 11,2%. Pertumbuhan laba bersih yang lebih besar disebabkan oleh kenaikan keuntungan selisih kurs serta penurunan beban umum dan administrasi. Tahun 2014, pendapatan dan laba mungkin akan menurun apabila perusahaan tidak segera mendapatkan target pasar baru domestik.

Pendapatan Central Omega yang seluruhnya berasal dari penjualan bijih nikel tercatat naik 1,3% menjadi Rp 859.28 miliar dibandingkan sebelumnya Rp 848,50 miliar. Sementara tercatat kenaikan penjualan kepada Ivoryline Investment Ltd sebesar 20% serta penjualan baru kepada Shanxi Minmetals Industrial and Trading Co.Ltd serta Minecore Resources Inc. yang mendorong peningkatan pendapatan, perusahaan juga kehilangan penjualan dari Multi Success Trading Ltd., Ningbo Cimei Import &Export Co Ltd dan Sino Legend Ltd.

Secara umum kinerja tahun 2013 perusahaan lebih baik daripada tahun 2012. Pertumbuhannya  memang tidak besar karena seiring dengan kondisi industri yang melemah.  Marjin laba kotor memang tertekan, tetapi marjin laba sebelum pajak dan bunga serta marjin laba bersih naik karena adanya pelemahan Rupiah sementara penjualan dilakukan dengan mata uang dolar. Selain itu, rasio utang membaik karena tidak adanya utang usaha, dan kemampuan memenuhi kewajikan jangka pendek baik.

Harga saham DKFT pada penutupan sesi 1 tanggal 14 Februari ini adalah Rp 406, mencerminkan rasio P/E 6,78x dan rasio PBV 1,57x. Angka ini memang masih kecil, tetapi investor perlu mempertimbangkan bahwa Central Omega adalah salah satu emiten tambang yang terkena dampak langsung peraturan pemerintah yang melarang ekspor mineral mentah pada 12 Januari lalu.

Perusahaan sudah menghentikan kegiatan ekspor atas bijih nikel yang dihasilkan perusahaan hingga ada ketentuan yang memperbolehkan melakukan kegiatan ekspor kembali. Sementara itu proyek pembangunan smelter perusahaan masih dalam tahap persiapan pembangunan yang akan dimulai pada kuartal 1 tahun 2014 berupa pemancangan tiang pertama (ground breaking). Diperkirakan smelter baru akan berproduksi pada akhir tahun 2015.

Melihat ini maka AFN mengingatkan investor agar waspada terhadap 2 tahun ke depan ini. Apabila perusahaan tidak mampu mendapatkan pembeli domestik dalam waktu singkat, maka perusahaan kemungkinan besar akan menghentikan secara total operasi perusahaan.

Positifnya, AFN melihat bahwa apabila sektor infrastruktur di Indonesia paska pemilu bisa digenjot, maka kebutuhan akan nikel domestik akan sangat tinggi. Tetapi sekali lagi, hal itu butuh waktu.