Thursday, July 4, 2013

Pieter Tanuri Lepas Saham MASA

Direktur Utama Multistrada Tbk (MASA), Pieter Tanuri menjual mengurangi jumlah sahamnya di perseroan, sebanyak 37.500.000 lembar saham dengan nilai Rp15 miliar.Pieter melepas sahamnya dengan harga Rp400 per lembar saham dan sudah dilakukan pada 26 Juni 2013 melalui PT Buana Capital. Demikian mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (4/7/2013) malam.

Setelah melepas sebagian sahamnya di MASA, Pieter saat ini hanya memiliki 237.500.000 lembar saham dari sebelumnya mengantongi saham MASA sebanyak 275.000.000 lembar atau 2,99% dari total saham MASA yang beredar di publik.
Perubahan Struktur Pemegang Saham MASA


AFN melihat bahwa langkah ini memberikan signal yang kurang baik bagi investor minoritas MASA karena:
1. Pieter Tanuri merupakan tokoh yang dianggap memiliki kompetensi untuk mengembangkan perusahaan, terutama dengan ide-ide dramatisnya untuk marketing. Konon, Pieter sebenarnya hanya mengembalikan saham kepada pemilik sebenarnya, Salim Group, setelah berhasil memperkuat perusahaan dan kini Pieter ditugaskan di proyek baru, yaitu Dyviacom Intrabumi, Tbk (DNET)

2. Kinerja operasional perusahaan memang sedang tersendat karena harga karet dunia yang sempat tinggi serta ekspor yang tertahan karena krisis ekonomi Eropa. Hasilnya, laba bersih yang kecil dan pertumbuhan melambat membuat arus kas dari aktivitas operasional sangat kecil.

3. Volatilitas Rupiah menyulitkan MASA untuk melakukan lindung nilai yang natural, sehingga sempat terjadi selisih kurs yang merugikan perusahaan.

Akan tetapi sebenarnya MASA masih memiliki potensi besar:
1. Perusahaan sudah mengeksplorasi pasar domestik dan sampai sekarang produk-produknya sudah mulai dikenal pasar umum dan bahkan beberapa telah menguasai ceruk pasar.

2. Tingkat leverage yang baik membuat MASA tidak terbeban dengan kewajiban keuangan yang besar.

3. Ekonomi dunia yang mulai stabil membuat permintaan belanja modal serta kendaraan menguat lagi, menimbulkan permintaan-permintaan baru terhadap produk-produk MASA.

Sebelumnya Pefindo telah memperkirakan di dalam risetnya bahwa pendapatan MASA tahun ini dapat mencapai Rp 3,44T, meningkat 11% dari Rp 3,01 T di tahun 2012. Sementara, laba bersih MASA diperkirakan akan sebesar Rp77 miliar pada akhir tahun ini, jauh dibandingkan Rp 2,75 miliar pada tahun 2012. 

Di kuartal I saja, MASA telah mencatatkan Rp 842,15 miliar pendapatan dan Rp 20,32 miliar. Kinerja ini ditopang oleh kinerja penjualan sebanyak 1,9 juta unit ban PCR (Passenger Car Radial) dan 1,1 juta unit ban MC (Motorcycle)


Sumber Alfaria Trijaya Anggarkan Rp 1,3 T untuk Buka 800 Gerai Baru

Sumber Alfaria Trijaya, Tbk (AMRT) telah anggarkan Rp 1,3 triliun, dimana sebanyak Rp 1 triliun untuk pembelian aktiva tetap, dan sisanya untuk sewa bangunan. Tahun ini, rencananya Alfaria akan buka 800 gerai baru dengan komposisi 28% di Jabodetabek dan 72% di luar Jabodetabek.

Pada tahun 2012, jumlah gerai Alfaria sudah mencapai lebih dari 7063 dimana sebanyak 1.266 dibuka pada tahun 2012. Komposisi jumlah gerai adalah 5009 gerai sendiri dengan 2054gerai waralaba. Sementara komposisi geografisnya adalah 43% di wilayah Jabodetabek dan sisanya 57% di luar Jabodetabek.

AFN melihat strategi ekspansi ini memiliki kelebihan dan kelemahan.

Kelebihannya adalah pasar konsumen di Indonesia, terutama di luar Jabodetabek masih memiliki ruang untuk tumbuh, terutama untuk minimart sebagaimana  yang disediakan oleh Alfaria. Hal ini membutuhkan langkah cepat dari Alfaria untuk segera merebut peluang ini sebelum direbut oleh pesaing-pesaingnya baik yang sudah eksis seperti Indomaret maupun pesaing-pesaing baru, terutama di daerah yang belum merupakan area kekuasaan Alfamart.

Sementara menurut AFN kelemahannya adalah di kekuatan neraca Alfaria sendiri:
Total Liabilitas Alfaria Sangat Besar
1. Kas dan setara kas yang tercatat di Alfaria pada akhir Maret 2013 hanya Rp 672,59 miliar dengan arus kas dari aktivitas operasi tahunan di sekitar Rp 864 miliar. Artinya kebutuhan capex di atas Rp 1T harus dipenuhi lewat pendanaan eksternal.

2. Kewajiban Alfaria sudah cukup tinggi, yaitu Rp 6,59 triliun dibandingkan ekuitas yang hanya Rp 2,08 triliun. Sebagian besar kewajiban ini adalah kewajiban jangka pendek sebesar Rp 5,31 triliun yang tidak mampu dipenuhi hanya dengan aset jangka pendek yang hanya Rp 4,51 triliun.


Indosat Modernisasi Jaringan BTS

Indosat, Tbk (ISAT)  menyiapkan Rp 8 triliun untuk mengganti BTS lama dengan BTS multi standard ratio (MRS). Teknologi ini memfasilitasi penggunaan semua jenis teknologi baik 2G, 3G dan LTE.

Hingga kini, sudah 50% dari total BTS Indosat telah diperbaharui. Total BTS yang dimiliki perusahaan saat ini mencapai 25.000 BTS berlokasi di Jakarta, Bali, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. 

Selain modernisasi, Indosat juga akan meningkatkan kapasitas seluruh layanan telekomunikasi. Kapasitas trafik suara akan ditingkatkan menjadi 1.080 juta menit/ hari. Kapasitas layanan SMS akan naik menjadi 1,45 miliar SMS/hari. Untuk layanan data, Indosat meningkatkan kapasitas menjadi 150 terabyte/hari.

AFN melihat bahwa modernisasi jaringan BTS dapat memberikan tekanan kepada kinerja Indosat terutama karena pada beban keuangan:
1. Kas yang tercatat pada akhir Maret 2013 hanya Rp 2,8 triliun. Selisih dana yang dibutuhkan oleh Indosat sebenarnya dapat dipenuhi oleh arus kas operasional tahunan yang berkisar pada Rp 7 triliun; Tetapi arus kas bersih hanya Rp 2 triliun karena terpakai untuk investasi dan biaya pendanaan. Karenanya Indosat mungkin akan membutuhkan dana eksternal, yaitu dari utang.

2. Rasio utang terhadap ekuitas sudah 1,82 kali, cukup tinggi walaupun masih di kisaran rata-rata sektor telekomunikasi.  Sementara itu rasio EBITDA terhadap beban keuangan hanya 1,2 kali. Beban keuangan tahunan yang ditanggung oleh Indosat sudah Rp 2 triliun per tahun.

3. Walaupun Indosat mencatatkan pertumbuhan, akan tetapi pangsa pasar Indosat relatif flat dan terkikis

Jadi, menurut AFN, apabila modernisasi ini tidak diimbangi dengan perebutan pangsa pasar, maka Indosat akan mengalami tekanan beban keuangan yang makin besar.

Garuda Indonesia Akan Terbitkan Obligasi Rp 2 T

Pencapaian Garuda Indonesia tahun 2012
Garuda Indonesia (Persero), Tbk (GIAA) rencananya akan terbitkan obligasi pada tanggal 8 Juli 2013 sebesar Rp 2 triliun. Dana yang diperoleh akan digunakan 80% atau Rp 1,6 triliun untuk pembayaran uang muka pembelian pesawat, dan sisanya untuk modal kerja.

Obligasi ini jatuh tempo dalam 5 tahun, dan ditawarkan pada bunga 9,25%, atau Rp 185 miliar per tahun.

Sampai dengan akhir Maret 2013, Garuda Indonesia tercatat memiliki kas sekitar US$ 268,56 juta atau Rp 2,61 triliun. Arus kas dari aktivitas operasionalnya adalah Rp 162,44 miliar pada triwulan pertama dan diperkirakan dapat mencapai Rp 2,59 triliun pada tahun ini.Dengan obligasi ini, maka Garuda di akhir Juli akan memiliki sekitar Rp 5,55 triliun.

AFN tidak merekomendasikan pembelian obligasi ini karena:
1. Tingkat leverage GIAA sudah tinggi. Rasio utang terhadap ekuitas Garuda sudah mencapai 1,5x pada akhir Maret 2013. Sementara rasio EBITDA terhadap beban keuangannya 2,4x di triwulan pertama, dan di tahun 2012 mencapai 12,12x. Dengan obligasi ini, rasio utang terhadap ekuitas menjadi 1,65x dan rasio EBITDA terhadap beban keuangan akan turun jadi sekitar 7x karena pertumbuhan pendapatan belum akan terjadi pada tahun pertama.
Garuda Indonesia: Target 2015

2. Kurangnya infrastruktur untuk mendukung makin banyaknya lalu lintas udara yang permintaannya makin banyak menjadi tantangan bagi Garuda di dalam mengefektifkan lalu lintas pesawat barunya.

Positifnya, kinerja operasional Garuda meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia telah memberanikan Garuda memasang target yang cukup tinggi sampai dengan tahun 2015.