Sunday, December 1, 2013

Ekspansi Perkebunan Tertahan, Rekomendasi: Mulai Koleksi



Jakarta, 2 Desember 2013 – Beberapa emiten perkebunan memangkas belanja modal (capital expenditure) tahun depan karena ekspektasi harga yang masih mungkin melemah. Walaupun demikian, saat ini mungkin saat yang paling tepat untuk mulai mengkoleksi saham sektor ini.  

PT BW Plantation Tbk (BWPT) akan menganggarkan belanja modal 30% lebih rendah daripada tahun ini, yaitu hanya Rp 700 miliar. Sebesar Rp 400 miliar akan digunakan untuk perawatan tanaman yang masih muda dan menanam 4.000 hektare lahan baru, Rp 50 miliar untuk pembangunan dermaga dan infrastruktur jalan, Rp 50 miliar untuk pembebasan lahan, dan Rp 100 miliar untuk perawatan pabrik. 

PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) juga menurun. Rencananya, capex tahun depan hanya sebesar Rp 2,5 – 3 triliun, dibandingkan Rp 3,5 triliun tahun 2013 ini. 

PT Salim Ivomas Pratama, Tbk (SIMP) sebaliknya akan menyiapkan belanja modal lebih tinggi yaitu sebesar Rp 2,5 – 3 triliun dibandingkan tahun ini yang tercatat Rp 2,4 triliun. Sebagian besar belanja modal ini adalah untuk pengembangan hilir di produk minyak goreng dan nabati. Tampak hal ini memberikan konfirmasi bahwa perusahaan ini pun tidak melakukan belanja modal besar untuk sektor hulunya. 

Analis melihat bahwa emiten perkebunan cenderung konservatif karena melihat kinerja tahun ini yang masih negatif. Konservatisme ini cukup beralasan, terutama bagi perusahaan perkebunan yang tidak memiliki industri hilir, sehingga paling tertekan.

Satu-satunya yang berbeda adalah PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), yang menyiapkan belanja modal sebesar Rp1 triliun pada 2014. Dana akan digunakan untuk pengoperasian pabrik gula rafinasi, perawatan kebun sawit dan penambahan kebun tebu. Pengoperasian pabrik gula membutuhkan dana Rp500 miliar, sedangkan sisanya untuk perawatan rutin dan penambahan kapasitas tebu. Pendapatan 2014 ditargetkan mencapai 3,8 triliun dibandingkan estimasi tahun ini Rp3,2 triliun.

Sebagian besar emiten perkebunan memang mencatatkan penurunan pendapatan dan laba bersih. BW Plantation masih mencatat pertumbuhan pendapatan positif 2,8%, tetapi laba bersihnya turun 51,6%.
Pendapatan Astra Agro turun 2,9%  sementara laba bersihnya turun 45,5%. Salim Ivomas bernasib sama dengan pendapatan dan laba bersih masing-masing turun 9,4% dan 82,3%. Demikian pula Tunas Baru yang pendapatan dan laba bersihnya turun 15,6% dan 66%. 

Walaupun ekspansi dipangkas, namun tampaknya saham perkebunan sudah mulai kembali mendapatkan tempat di portofolio. Salim Ivomas sudah naik dari level terendahnya di Rp 590 menjadi Rp 850. Astra Agro melonjak ke Rp 22.850 dari titik terendahnya tahun ini di Rp 13.100. Demikian juga BWPT yang melesat ke Rp 1.340 dari Rp 510. 

AFN melihat bahwa harga komoditi yang melemah, walaupun masih akan menekan kinerja fundamental tahun 2014, akan tetapi sudah selesai didiskon oleh pasar. Pasar tidak lagi melihat akan adanya faktor tekanan yang terlalu besar terhadap saham perkebunan, sehingga mengkoleksi saham perkebunan mulai dari sekarang adalah strategi yang paling tepat.