Tuesday, August 12, 2014

Indeks Pertambangan Menguat Signifikan didorong Penguatan Harga Metal

Jakarta, 13 Agustus 2014 – Indeks Pertambangan menguat signifikan sejak akhir Juli sampai 8%  ke level 1.560. Penguatan harga metal dan mineral khususnya telah menjadi faktor utama penguatan ini. Beberapa emiten khususnya berkapitalisasi besar serta beberapa emiten tambang mineral kecil menunjukkan kenaikan harga yang signifikan.

Emas ditransaksikan menguat seiring dengan investor mencari aset yang aman di tengah ketegangan geopolitik di Ukraina, Irak, dan Gaza.

Sementara itu investor melihat bahwa kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah sebaiknya diteruskan paska transisi pemerintah baru. Diteruskannya kebijakan ini dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap pemerintah, karena dana investasi telah digulirkan dan sumber daya telah diarahkan untuk membangun smelter.

R. Sukhyar, kepala direktorat jenderal batubara dan mineral, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, menegaskan kepada Bloomberg bahwa kedua pemerintahan – Presiden Yudhoyono dan presiden terpilih Joko Widodo – memiliki pandangan yang sama mengenai ekspor barang mentah. Karena itu kemungkinannya sangat besar bahwa kebijakan tersebut akan tetap dipertahankan.

Larangan ekspor ini telah menurunkan pasokan nikel Indonesia ke dunia tahun 2015 dari 29% ke hanya 8,9%. Kekurangan pasokan ini telah meningkatkan harga nikel ke titik tertinggi sejak 2012. Sejak awal tahun, harga nikel telah naik 56% menjadi US$ 21.625/metrik ton

PT Adaro Energy, Tbk (ADRO), PT Vale Indonesia, Tbk (INCO), PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk (PTBA), PT Aneka Tambang, Tbk (ANTM) dan PT SMR Utama, Tbk (SMRU) mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan.


Harga saham PT SMR Utama, Tbk (SMRU)
Harga SMR Utama bahkan naik lebih dari dua kali lipat, padahal emiten tersebut masih mencatatkan kerugian masif karena berhentinya operasi tambang akibat harga yang masih terlalu rendah.