Wednesday, August 20, 2014

Panorama Transportasi Akui Turunnya Laba Karena Bencana

Jakarta, 21 Agustus 2014 – PT Panorama Transportasi, Tbk (WEHA), penyandang brand White Horse, menjelaskan bahwa penurunan laba usaha dan laba bersih di semester I -2014 ini disebabkan oleh bencana banjir Jakarta, letusan Gunung Kelud, serta pemilu.

Pendapatan Panorama naik tipis, 3,2% menjadi Rp 117,69 miliar di semester I tahun 2014 ini. Akan tetapi laba sebelum pajak dan bunganya turun 10,8% menjadi Rp 18,79 miliar. Laba bersih turun bahkan lebih signifikan lagi mencapai 76% menjadi hanya Rp 1 miliar dari periode yang sama tahun 2013, Rp 4,17 miliar. Ini membuat laba bersih per saham hanya Rp 1,16/saham.

Di dalam surat keterbukaan informasinya kepada Bursa pada 20 Agustus 2014, perusahaan mencatat bahwa terjadi penurunan pendapatan di triwulan I untuk lini penyewaan bis, taksi, angkutan antar kota, dan sewa mobil. Penurunan ini disebabkan oleh bencana banjir Jakarta dan sekitarnya di awal tahun ditambah dengan bencana letusan Gunung Kelud yang abunya sampai ke Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kedua bencana ini telah membuat banyak pelanggan menunda dan membatalkan perjalanan baik di dalam kota maupun luar kota.

Di triwulan II, pendapatan juga tidak sebaik yang diharapkan karena efek pemilihan umum legislatif dan persiapan pemilihan umum presiden. Beberapa aksi kampanye dan kekuatiran demonstrasi telah menyebabkan banyak pelanggan memutuskan tidak keluar rumah.

Di semester kedua tahun ini, perusahaan akan berupaya untuk mengejar pelemahan laba yang terjadi di semester 1. Bulan Ramadhan di bulan Juli masih memberikan tekanan pada pendapatan, tetapi arus mudik dan arus balik telah mendorong pendapatan perusahaan. Tingkat permintaan sampai akhir tahun kecenderungannya meningkat karena banyak pelanggan yang menunda perjalanannya di semester I, ditengarai akan kembali mempergunakan jasa perusahaan.

Sementara itu biaya meningkat karena adanya pembayaran konsesi kepada Angkasa Pura II untuk penempatan taksi di Bandara Soekarno Hatta, serta sewa armada luar oleh lini Joglosemar (Jogja Solo Semarang) kepada PT AO Transport yang merupakan partner joint venture perusahaan.


Penurunan laba bersih ini tidak menurunkan minat pasar pada saham yang sudah naik lebih dari 47% sejak awal tahun ke Rp 301. Namun penurunan laba bersih telah membuat rasio harga terhadap laba (PER) menjadi terlalu tinggi yaitu 129,21 kali sementara rasio terhadap nilai bukunya (PBV) baru 1,66 kali. 

Express dan Cipaganti, Dua Emiten Terbaik Transportasi Darat

Jakarta, 20 Agustus 2014 – PT Express Transindo Utama, Tbk (TAXI) mencatatkan kinerja yang terbaik dibandingkan peersnya sesama emiten di bidang transportasi darat bagi konsumen. Express, yang kini memiliki layanan limousine, Tiara, dan bis, selain taxi, memiliki pertumbuhan pendapatan tertinggi, marjin EBITDA dan marjin laba bersih serta imbal hasil atas ekuitas (ROE) terbaik serta kapitalisasi pasar terbesar. Akan tetapi harganya pun sudah cukup di atas rentang rata-rata lainnya.

Express mencatatkan pertumbuhan pendapatan 23,4% menjadi Rp 408,98 miliar, dan menghasilkan laba bersih Rp 79,10 miliar atau Rp 36,87/ saham pada periode Januari – Juni 2014 ini. Marjin laba bersihnya tercatat 19,3% sementara marjin EBITDAnya 52,5%. Imbal hasil atas ekuitasnya (ROE) juga tertinggi di 18,1%.

Sementara itu kasnya adalah yang paling tinggi di antara emiten transportasi darat yaitu Rp 1,05 triliun dengan total aset Rp 2,96 triliun. Utang jangka panjangnya tercatat Rp 1,66 triliun atau 0,56 kali dari total aset perusahaan.

Sementara itu PT Cipaganti Citra Graha, Tbk (CPGT) yang pemilik induknya baru saja mendapatkan pengesahan damai dari krediturnya, mencatatkan penurunan pendapatan dan laba bersih akibat banjir yang sempat terjadi di Jakarta telah menghambat kelancaran rute Jakarta-Bandung yang menjadi andalannya.

Tapi di luar dari penurunan itu, sebenarnya perusahaan yang memperoleh Top Brand Award ini mencatatkan kinerja profitabilitas yang hanya kalah dari Express. Marjin EBITDAnya 46%, sementara imbal hasil atas ekuitasnya (ROE) 8,2%, kedua tertinggi dibandingkan peersnya. Terlebih lagi, harga sahamnya belum termasuk tinggi dilihat dari rasio harga atas laba (PER) dan rasio harga atas nilai buku (PBV).

Transportasi darat adalah industri yang bertumbuh sesuai dengan perkembangan ekonomi di berbagai di daerah di Jawa, khususnya ketika proyek-proyek infrastruktur selesai dibangun. Akan tetapi transportasi darat juga memiliki kendalanya sendiri-sendiri karena rute yang dilayani perlu mendapatkan ijin, yang sering kali prosesnya tidak mudah.


Sementara rute-rute yang panjang tidak mungkin dilayani oleh transportasi darat karena transportasi udara lama-lama menjual paketnya dengan makin ekonomis. Apalagi infrastruktur kereta api juga makin lama makin memberikan layanan yang bersahabat secara biaya maupun kenyamanan.